MEDAN - Soal kasus jeweran Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi ke Khoirudin Aritonang alias Coki sebagai pelatih biliar, Akademisi Universitas Negeri Medan Agustin Sastrawan Harahap menilai adalah hal yang wajar.
Menurut Agustin, Edy Rahmayadi berhak memberikan teguran. Bahkan itu, hal wajib yang harus dilakukannya.
BACA JUGA:
"Sesuatu yang wajar, jadi konteksnya itu tadi, sebenarnya gubernur ingin bercanda, dengan rasa kebanggan kepada seluruh audiens. Walaupun Sumut tidak masuk 10 besar PON Papua. Cuman itu karena banyak faktorlah," ujar Agustin di Medan, dilansir dari Antara, Jumat 7 Januari.
Kasus Jeweran Edy Rahmayadi Berbuntut Panjang
Dosen Fakultas Olahraga Unimed itu menyebut alokasi anggaran yang dimiliki KONI Sumut untuk membina atlet ataupun pelatih tidak lepas dari dukungan Edy Rahmayadi sebagai kepala daerah.
"Tanpa ada persetujuan dia (Edy Rahmayadi), KONI gak punya anggaran yang signifikan, jadi kalaupun dia negur pelatih karena kurang prestasi itu hal yang wajar dalam dunia olahraga," urainya.
"Dan memang harus begitu, karena disitu ada pertanggungjawaban uang negara, kalau hasilnya bisa dipertanggungjawabkan tentu itu mengharumkan nama Sumut," sambung
Ketua Umum Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Sumut ini.
Agustin berpendapat bahwa persoalan ini adalah insiden kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan. Sebab, pada acara tersebut semua bersuka cita karena sedang berlangsung kegiatan pemberian bonus terhadap atlet dan pelatih peraih medali PON Papua.
"Jadi menurut saya harus berbesar hatilah baik bang Coki atau pak gubernur. Masalah olahraga inikan harus dibangun jiwa sportivitas, kekeluargaan, Artinya kan, ini persoalan kecil bisa dimediasi oleh KONI misalnya, jumpakan kedua belah pihak, ngopi pagi, kan ini selesai," urainya.
Seperti diketahui saat menyampaikan pidato pada acara pemberian tali asih kepada atlet dan pelatih peraih medali PON Papua di Aula Tengku Rizal Nurdin, Senin (27/12) lalu Edy tiba-tiba memanggil Coki yang sedang duduk.
Setelah Coki naik ke atas panggung, Edy menanyakan alasannya tidak ikut bertepuk tangan.
"Kenapa enggak tepuk tangan?," tanya Edy.
Edy terus mencecar Coki yang hanya berdiri seolah bingung dengan sikap mantan Ketua Umum PSSI itu. "Atlet apa kau?" tanya Edy.
"Pelatih biliar," jawab Coki.
"Pelatih? Pelatih saja tidak mau tepuk tangan. Pelatih tak tepuk tangan, tak cocok jadi pelatih ini. Berdiri yang benar kau, sontoloyo kau," sambung Edy.
Setelah itu, Edy tiba-tiba menjewer telinga Coki. Coki pun awalnya tampak bingung sekaligus tak percaya dengan perlakuan yang dialaminya. Tak menunggu lama, Coki langsung meninggalkan lokasi sembari memegangi kuping.
Saat Coki beranjak pergi, Edy terlihat masih tetap berkata-kata. "Sudah, pulang sana. Tidak usah dipakai lagi dia," ujar Edy. Tidak terima dengan perlakuan itu Coki melaporkan Edy Rahmayadi ke Polda Sumut.
Selain Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Sumut, Berita Sumatera Utara Terkini!