Manajemen Pelabuhan di Indonesia, INDEF: Swasta Itu Perlu
Foto udara aktivitas bongkar muat di kawasan pier 1 Pelabuhan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Marunda, Jakarta Utara pada 16 Juli 2020. (ANTARA/ Fakhri Hermansyah)

Bagikan:

MEDAN - Banyak yang sering nyinyir dengan campur tangan swasta dalam pengelolaan negara. Namun, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengungkapkan kehadiran swasta dalam pengembangan dan pengelolaan pelabuhan di Indonesia perlu didorong dan didukung.

"Menurut saya ini perlu didorong kehadiran swasta dalam mengembangkan pelabuhan di Indonesia," ujar Eko kepada Antara di Jakarta, Sabtu.

Diketahui, Ekonom itu memandang bahwa pihak swasta penting hadir di proyek-proyek strategis pemerintah atau berperan untuk menggerakkan kegiatan ekonomi pelabuhan di wilayah tersebut agar cepat berkembang.

Sejatinya Indonesia memiliki wilayah yang luas, dan kehadiran pihak swasta penting dalam rangka bersinergi dengan pemerintah dalam pengelolaan Pelabuhan sebagai sarana distribusi dan transportasi komoditas, terutama distribusi dan transportasi komoditas batu bara.

"Seiring pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19 pastinya kebutuhan batu bara meningkat. Hal ini dikarenakan untuk menggerakkan kegiatan perekonomian membutuhkan pasokan energi yang banyak," kata Eko.

Batu bara di Indonesia menjadi komoditas kunci

Di Indonesia sendiri, batu bara merupakan salah satu alternatif energi untuk kegiatan perekonomian terutama untuk pasokan listrik di mana ketika perekonomian tumbuh maka kebutuhan akan listrik juga meningkat.

Sedangkan di level internasional dengan adanya pemulihan ekonomi sudah mendorong harga komoditas batu bara meningkat. Selain itu ditambah dengan berlarut-larutnya Perang Rusia-Ukraina, maka saat ini negara-negara mau tidak mau mempertimbangkan untuk menggunakan batu bara sebagai pilihan alternatif energi ketika pasokan minyak dan gas berkurang dikarenakan banyaknya embargo terhadap Rusia.

"Kalau sekarang komoditas batu bara sangat dibutuhkan dan kembali menjadi primadona pada masa pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19," ujar Eko.

Eko menjelaskan bahwa patokannya adalah jika harga minyak tinggi maka hal ini berpengaruh pada peningkatan permintaan terhadap komoditas batu bara. Hal ini dikarenakan batu bara sebagai komoditas substitusi bagi energi.

Pada akhirnya kemampuan Indonesia untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga komoditas global, mendorong ekspor sangat ditentukan oleh jalur logistiknya. Kalau kemudian penyediaan sarana dan prasarana logistiknya terhambat atau terkendala, maka potensinya tidak akan optimal.

"Artinya memang harus saling bersinergi dan dipikirkan di sini yang mana dengan adanya pemulihan ini dan adanya krisis geopolitik di Eropa, kita memiliki peluang untuk memanfaatkan situasi ini dengan keunggulan kita di komoditas, khususnya batu bara," kata Eko.

Sebelumnya PT Karya Citra Nusantara atau KCN mengungkapkan kehadiran Pelabuhan Marunda, Jakarta, berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Direktur Utama PT KCN Widodo Setiadi mengatakan bahwa kalau dikaitkan dengan program pemerintah adalah bagaimana sektor maritim menjadi salah satu pilihan bagi generasi muda untuk mau berkarier.

Hal ini, lanjutnya, karena Pelabuhan Marunda banyak menciptakan multiplier effect yang ada bagi semua pihak dan sektor.

Artikel ini pernah tayang di VOI.ID dengan judul: 

Selain Manajemen Pelabuhan di Indonesia, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Sumut, Berita Sumatera Utara Terkini!