SUMATERA UTARA – Masjid Al Maksum adalah salah satu masjid megah di Indonesia yang beralamat di Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Masjid, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara.
Didirikan pada tahun 1906, Masjid Al Maksum kini sudah berusia 105 tahun. Masjid yang dapat menampung jamaah sebanyak 1.500 tersebut ternyata memiliki sejarah yang panjang.
BACA JUGA:
Siapakah Pendiri Masjid Al Maksum?
Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam adalah pemprakarsa dan pendiri Masjid Al Maksum. Sultan Deli tersebut memulai pembangunan masjid pada 21 Agustus 1906.
Dilansir dari laman resmi Kemenag, pembangunan Masjid Al Maksum diselesaikan selama tiga tahun tepatnya pada tanggal 10 September 1909. Penyelesaian pembangunan ditandai dengan ibadah sholat Jum’at pertama di masjid tersebut.
1 juta Gulden untuk Membangun Masjid Al Maksum
Sultan Ma’mum memang sengaja membangun masjid dengan megah, bahkan melebihi istana miliknya. Wajar saja jika dana pembangunan Masjid Al Maksum membutuhkan dana sangat besar pada masanya. Menariknya, dana yang dikeluarkan murni dari uang Sultan Ma’mum.
Peran Tjong A Fie dalam Pembangunan Masjid Al Maksum
Meskipun Sultan Ma’mum dipercaya mengeluarkan dana pribadi untuk membangun masjid namun beberapa pihak yakin jika seorang etnis Cina turut berkonstribusi.
Tjong A Fie diyakini turut menyumbang pembangunan Masjid Al Maksum Medan. Beliau adalah sosok yang hingga kini dikenal sebagai tokoh pemersatu keberagaman etnis dan agama di Medan.
Arsitek Pembangun Masjid Al Maksum
Arsitek Belanda Van Erp pada mulanya turut berkonstribusi dalam rancang awal masjid. Akan tetapi dirinya pada waktu itu dipanggil ke Jawa untuk proses restorasi Candi Borobudur, sehingga pembangunan masjid dilanjutkan oleh JA Tingdeman.
Inspirasi Arsitektur Masjid Al Maksum
Bukan main-main, JA Tingdeman merancang masjid dengan sedemikian mewah dan mendatangkan berbagai bahan baku dari luar negeri, di antaranya marmer dari Italia dan Jerman. Kemudian kaca patri didatangkan langsung dari Cina, dan lampu gantung dari Prancis.
Masjid Al Maksum terinsipirasi dari gabungan arsitektur Maroko, Eropa, Melayu, dan Timur Tengah.
Memiliki denah persegi delapan, masjid terdapat ruang bagian dalam yang unik. Selain itu terdapat beranda dan atap tinggi berkubah di empat penjuru masjid.
Sementara itu, jendela-jendela yang mengelilingi pintu masjid di beranda dibuat dari kayu yang memiliki kaca-kaca patri.
Desain tersebut kini memiliki nilai yang sangat tinggi lantaran sisa peninggalan art nouveau pada masa 1890-1914.
Secara keseluruhan Masjid Al Maksum adalah bangunan peninggalan bersejarah yang menjadi tanda akan keagungan umat Islam di Medan dan toleransi kepada semua agama dan budaya.
Selain sejarah Masjid Al Maksum Medan, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!