MEDAN - Terdapat nama-nama yang dikenal menjadi guru spiritual Presiden kedua Soeharto, di antaranya Rama Marta, Rama Budi Utama, Rama Mesran, dan Rama Dijat.
Keempat Rama tersebut dianggap sebagai "ring satu" kebatinan Soeharto. Mereka diyakini memiliki kemampuan berdialog dengan roh leluhur dengan bermeditasi atau njarwa.
BACA JUGA:
Adalah hal penting untuk berkomunikasi dengan leluhur karena dianggap utusan Tuhan yang pernah terlahirkan sebagai manusia. Leluhur nantinya memberikan pesan-pesan atau dhawuh. Ketika masuk dalam diri seorang medium, kata-kata leluhur ini hadir di anak lidah medium hingga leluhur itu bisa diajak berdialog.
Rama Dijat, Guru Spiritual Soeharto Urusan Kenegaraan
Setiap rama memiliki spesialisasinya masing-masing. Rama Marta untuk persoalan kemasyarakatan dan kerumahtanggaan. Rama Budi menangani hal-hal yang bersifat pribadi. Sementara Rama Dijat adalah guru spiritual soal-soal kenegaraan.
"Tugas" Rama Dijat ini sangat penting. Nasihat-nasihatnya berpengaruh dalam bagaimana Soeharto menjalankan kepemimpinan sebagai presiden. Banyak kebijakan politik Soeharto yang sebelum dikeluarkan, dikomunikasikan terdahulu dengan para leluhur. Soeharto merasa kebijakannya akan lebih mantap bila leluhur mendukungnya.
"Menurut Pak Djono (Soedjono Hoemardani), saat GBHN dibuat dan saat Indonesia mau merebut Timor Timur, Soeharto terus-menerus meminta pertimbangan dhawuh ini." kata Dr Budyapradipta, pakar sastra Jawa Universitas Indonesia yang pernah menjadi sekretaris pribadi Soedjono Hoemardani pada 1983-1986, dikutip dari artikel Soedjojono dan 'Orde Dhawuh' di edisi khusus Majalah Tempo.
Awal Pertemuan Soeharto dan Rama Dijat
Pertemuan Soeharto dengan Rama Dijat berawal dari diskusinya dengan seorang perwira menengah Angkatan Darat, Mesran Hadi Prayitno. Keduanya sama-sama dalam soal spiritualitas Jawa.
Saat itu Mesran menyarankan Soeharto bertemu dengan seorang guru bernama Raden Panji Soedijat Prawirokoesoemo atau Rama Dijat jika benar-benar ingin memperdalam spiritualitas Jawa. Pada 1963, Mesran dan Soeharto bertemu Rama Dijat di rumah orang tua Rama Dijat di Dukuh Gopetan, Desa Gemblegan Kalipotes, Klaten.
Saat itu Soeharto kaget, karena Rama Dijat ternyata adalah sosok lelaki misterius yang pernah ditemuinya pada 1961 saat melakukan ziarah di makam leluhur raja-raja Majapahit di situs Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Masih mengutip Tempo, terdapat kejadian menarik yang menunjukkan seberapa kuatnya nasihat dari Rama Dijat.
Saat itu Soeharto hendak melakukan kunjungan ke Filipina dan Australia, Rama Dijat lalu diundang oleh Soedjono ke rumahnya. Arwah leluhur yang masuk dalam diri Rama Dijat mengatakan perjalanan Soeharto ke Australia itu perlu diawasi.
Pesan itu disampaikan Soedjono kepada Yoga Soegama, pemimpin Bakin saat itu. Meski demikian Yoga lebih percaya analisis intelijennya yang menganggap kunjungan Filipina yang harus diwaspadai karena saat itu Marcos baru digulingkan.
Namun saat Soeharto ke Filipina, kondisi aman-aman saja. Sementara saat ke Australia, Soeharto disambut demonstran dengan lemparan tomat dan telur busuk yang mengenai dahinya. Ketika pulang ke Jakarta, Yoga Soegama langsung didamprat Soedjono.
"Yoga, mangkane ojo nyepeleake intel spiritualku," yang dalam bahasa Indonesia berarti: Yoga, maka dari itu jangan menyepelekan intel spiritualku.
Artikel ini pernah tayang di VOI.ID dengan judul: Nasihat Guru Spiritual, Rama Dijat yang Dituruti dan Ditolak Soeharto: Selamat dan Petaka Orde Baru.
Selain Guru Spiritual Soeharto, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!