Doakan Ukraina, Paus Fransiskus Berharap Dialog Bisa Akhiri Kebuntuan Barat dan Rusia
Paus Fransiskus. (Wikimedia Commons/Xonn)

Bagikan:

JAKARTA - Paus Fransiskus menyerukan dialog untuk menang atas kepentingan partisan guna menyelesaikan kebuntuan Barat dengan Rusia, saat memimpin doa untuk perdamaian Ukraina, Rabu.

Paus Fransiskus pada Hari Minggu lalu meminta orang-orang dari semua agama untuk berdoa pada Hari Rabu guna mengakhiri krisis, dengan mengatakan ketegangan itu mengancam keamanan Eropa dan mempertaruhkan dampak yang besar.

"Saya meminta Anda untuk berdoa bagi perdamaian di Ukraina dan untuk sering melakukannya sepanjang hari," kata Paus Fransiskus pada audiensi umum mingguannya, seraya menambahkan bahwa ia berharap "luka, ketakutan, dan perpecahan" dapat diatasi, seperti mengutip Reuters 27 Januari.

Ketika orang-orang berdoa di Ukraina dan di tempat lain, Paus Fransiskus mengatakan dia berharap "permohonan yang hari ini naik ke surga menyentuh pikiran dan hati para pemimpin dunia, sehingga dialog dapat berlangsung dan kebaikan bersama ditempatkan di atas kepentingan partisan".

Dalam kesempatan tersebut Paus Fransiskus mengenang, lebih dari lima juta orang tewas di Ukraina selama Perang Dunia Kedua, mengatakan orang-orang di sana juga menderita kelaparan dan "begitu banyak kekejaman".

Ini adalah referensi yang jelas untuk perkiraan 3-4 juta orang Ukraina yang meninggal pada awal 1930-an, ketika diktator Soviet Joseph Stalin memberlakukan kolektivisasi pertanian dan kebijakan lain yang bertujuan menghancurkan nasionalisme Ukraina.

Tragedi yang diakui sejumlah negara sebagai bentuk genosida ini disebut Holodomor dan juga dikenal sebagai Terror-Famine atau Great Famine.

"Mereka adalah orang-orang yang menderita," sebut Paus tentang orang Ukraina.

Pada Rabu malam, Menteri Luar Negeri Vatikan, Uskup Agung Paul Gallagher, memimpin kebaktian doa untuk perdamaian di Ukraina di sebuah basilika Roma yang dihadiri oleh Duta besar Rusia untuk Vatikan, serta kuasa usaha kedutaan Ukraina dan Amerika Serikat.

Dalam homilinya, Uskup Gallagher mengatakan: "Lebih memalukan lagi bahwa mereka yang paling menderita dari konflik bukanlah mereka yang memutuskan untuk memulainya, tetapi di atas semua itu, para korban yang tidak bersenjata."

Untuk diketahui, para pemimpin Barat telah meningkatkan persiapan militer dan membuat rencana untuk melindungi Eropa, dari kejutan pasokan energi potensial jika Rusia menginvasi Ukraina.

Sementara, para diplomat tinggi AS dan Rusia pada Hari Jumat gagal membuat terobosan besar dalam pembicaraan untuk menyelesaikan krisis, meskipun mereka setuju untuk terus berbicara.