Peneliti Amerika Serikat: Masker Lebih Efektif Cegah COVID-19 Dibanding Vaksin
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Vaksin yang dinantikan banyak orang untuk menyelamatkan diri dari COVID-19, ternyata disebut tak lebih efektif ketimbang masker. Demikian diungkapkan Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), Robert Redfield.

"Sejauh ini, saya mengatakan masker lebih menjamin melindungiku dari COVID-19 dibandingkan mendapatkan vaksin COVID-19," kata Robert Redfield seperti dilaporkan The New York Times, dilansir Antara, Minggu, 20 September.

Dia mengatakan, masker menjadi alat kesehatan terpenting saat ini.

Saat ini, sudah banyak penelitian yang mendukung efektifnya mengenakan masker untuk mencegah penularan COVID-19. Satu studi dalam jurnal BMJ Global Health menemukan, penggunaan masker di lingkungan rumah tangga di Beijing, membaut lebih sedikit penyebaran COVID-19.

“Virus membutuhkan cara untuk menular dari orang ke orang dan sekarang ada data untuk mendukung penggunaan masker sebagai bentuk pengendalian sumber, terutama pada mereka yang memiliki gejala,” kata Amesh Adalja, pakar penyakit menular di Johns Hopkins Center for Health Security, Maryland seperti dilansir dari Health, Minggu, 20 September.

Masker menjadi penghalang fisik yang sangat efektif untuk menghilangkan kemampuan virus berpindah dari orang ke orang.

Menurut Adalja, vaksin COVID-19 generasi pertama bukan membuat orang kebal terhadap infeksi virus tersebut, tetapi untuk memodifikasi penyakit sehingga tingkat keparahan dan kebutuhan rawat inap lebih rendah.

“Infeksi di antara yang divaksinasi pun masih akan terjadi. Infeksi akan menjadi lebih jarang dan tidak terlalu parah," tutur dia.

Jadi, vaksin COVID-19 ini, hanya akan menjadi satu bagian dari pendekatan berlapis-lapis pencegahan penularan virus tersebut. Adalja berpendapat, memakai masker wajah dan menjaga jarak fisik di depan umum tetap harus dilakukan saat vaksin pertama tersedia.

Di sisi lain, ada bahaya dari penggunaan vaksin ini. Vaksin mungkin hanya 50 persen efektif memberi orang rasa aman yang salah bagi orang yang divaksin, dan ini menyebabkan penyebaran virus jadi besar karena tindakan pencegahan lain tidak dilakukan.

Adalja mengatakan, pada waktunya vaksin COVID-19 generasi pertama akan digantikan oleh vaksin yang memberikan kekebalan seperti vaksin campak.

Ini berarti sistem kekebalan tubuh akan dapat menghentikan virus untuk berkembang biak di dalam tubuh. Tetapi tidak ada yang tahu berapa lama itu bisa berlangsung — dan bisa jadi beberapa tahun.