Megawati Mengaku Banyak Pecat Kadernya Akhir-akhir Ini
Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (DOK ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengakui banyak melakukan pemecatan terhadap kader PDIP belakangan ini. Pemecatan dilakukan karena kadernya tak menaati kebijakan partai dan memilih untuk mendukung partai lainnya.

"Hari-hari ini saya banyak melakukan pemecatan. Tidak peduli saya karena mereka tidak puas sebagai anggota PDIP langsung hengkang. Silakan, saya pecat," kata Megawati saat membuka Rakorbidnas bidang Kebudayaan yang dilakukan secara daring, Sabtu, 31 Oktober.

Megawati mempersilakan kadernya berlabuh ke partai lainnya usai dipecat. Pemecatan ini, sambung dia, juga belakangan kerap terjadi karena gelaran Pilkada 2020 yang akan diselenggarakan 9 Desember mendatang.

"Hanya karena tidak dipilih sebagai calon, banyak banget itu. Untung sekarang sudah agak reda," ungkapnya.

Meski tak menampik kadernya yang dipecat itu membawa sejumlah orang dari partai besutannya, Megawati tetap tak khawatir. Bahkan Mega mengaku senang hal tersebut terjadi di partainya.

"Karena menurut saya itu bukan kader tapi oportunis. Hanya mencari keuntungan bagi dirinya sendiri untuk masuk ke dalam organisasi," tegasnya.

Orang-orang semacam itu, sambung Presiden ke-5 RI ini, juga kerap menganggap PDIP sebagai kendaraan politik karena masyarakat banyak yang memberikan dukungan. Sehingga dia merasa tidak memerlukan orang-orang yang tidak memiliki loyalitas semacam ini.

"Saya enggak butuh orang semacam itu. Yang teken (tanda tangan, red) ketua umum. Go, pergi kamu. Yang saya butuh dari kader-kader PDIP ini adalah yang punya jiwa raga dengan fighting spirit," ungkapnya.

Selain itu, Megawati juga memberikan peringatan bagi kadernya yang mencoba-coba ikut demonstrasi yang belakangan kerap berakhir ricuh. Jika kader PDIPkedapatan ikut dalam aksi demo itu, Megawati menegaskan bakal langsung melakukan pemecatan.

"Ketahuan ada PDIP yang ngikut, ntar tak pecat lho. Orang itu bukannya punya sopo-sopo (siapa-siapa, red), punya kalian itu. Itu kan punya publik. Kendaraan umum, halte, transportasi, kendaraan umum. Emangnya punya Bu Mega? Ndak ada, gimana toh,” pungkasnya.