Publik Harus Tahu, Sesuai UU Nomor 31/2009 Informasi Cuaca Satu Pintu Cuma Melalui BMKG
Photo by Nitish Meena on Unsplash

Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi V DPR Suryadi Jaya Purnama, merespons adanya perbedaan prediksi cuaca ekstrem jelang tahun baru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Peneliti klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, memperkirakan adanya potensi banjir besar akibat hujan ekstrem hingga badai di kawasan Jabodetabek khususnya Tangerang atau Banten, pada Rabu, 28 Desember. Hal tersebut berdasarkan analisis data dari Satellite Early Warning System (Sadewa).

Namun berbeda dengan BRIN, BMKG justru memprediksi wilayah Jabodetabek memang akan terjadi hujan ekstrem tapi bukan badai. Menurut BMKG, pada 28 Desember, wilayah Jabodetabek masih dalam kategori aman karena intensitas hujan diperkirakan adalah hujan ringan hingga sedang.

Dari permodelan BMKG, Jabodetabek baru akan diguyur hujan lebat pada Jumat, 30 Desember. BMKG juga meminta semua pihak berhati-hati dalam penggunaan istilah karena hujan esktrem dan badai, itu berbeda.

Suryadi mengatakan, sesuai Undang-Undang, informasi terukur terkait prediksi cuaca ekstrem hanya melalui BMKG. Dia berharap, masyarakat tak lagi bingung dan resah atas perbedaan perkiraan cuaca antara hujan lebat dan badai.

"Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah perlu untuk memberlakukan satu pintu bagi diseminasi informasi yang terukur tentang cuaca ekstrem, yaitu melalui BMKG, sesuai UU Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi Klimatologi dan Geofisika," ujar Suryadi dalam keterangan yang diterima VOI, Rabu, 28 Desember.

"Jangan sampai, karena perbedaan informasi menimbulkan keresahan di tengah masyarakat," tambahnya.

Di sisi lain, anggota komisi yang bermitra dengan BMKG, BNPB dan Basarnas itu mengungkapkan, pemerintah telah melakukan berbagai antisipasi terhadap cuaca ekstrem. Misalnya, Kementerian PUPR telah menyelesaikan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi sebagai bendungan kering yang berfungsi sebagai pengendali banjir.

Kemudian, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) atau Basarnas juga melaksanakan Siaga SAR Khusus Natal dan Tahun Baru 2023 dengan menempatkan personel dan alat utama di lokasi-lokasi strategis yang rawan kecelakaan atau bencana di pelabuhan, ruas jalan tol, bandara, terminal bus, dan tempat wisata.

Lalu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga akan menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengurangi potensi banjir akibat hujan ekstrem.

Dengan berbagai persiapan pemerintah untuk mengantisipasi hujan ekstrem saat tahun baru yang sudah matang, Suryadi meminta diseminasi informasi terkait cuaca oleh pemerintah juga harus lebih baik lagi.

"Jadi masyarakat tidak perlu menjadi resah sehingga terganggu aktivitas perekonomiannya. Para pemudik Natal dan tahun baru juga tidak perlu kebingungan dalam membuat rencana perjalanannya," pungkas Suryadi.