PBB Kecam Kegagalan Rusia Melindungi Warga Sipil Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat mengunjungi pasukannya di garis depan. (Sumber: President.gov.ua)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk mengatakan pada Hari Selasa, ada "kegagalan besar" oleh Rusia dalam mengambil tindakan yang memadai untuk melindungi warga sipil di Ukraina, dengan ada indikasi pasukan Rusia telah melakukan kejahatan perang.

Turk, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB mengatakan pemantauan yang dilakukan kantornya menunjukkan adanya "pelanggaran berat terhadap hukum hak asasi manusia internasional, pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional, dan kejahatan perang, terutama yang dilakukan oleh pasukan Federasi Rusia."

Pelanggaran-pelanggaran ini, kata Turk di Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa, termasuk 142 kasus eksekusi massal terhadap warga sipil sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari tahun lalu, serta penghilangan paksa, penyiksaan dan perlakuan buruk terhadap tahanan, termasuk melalui kekerasan seksual.

Di sisi lain, Rusia dengan tegas membantah melakukan kekejaman atau menargetkan warga sipil di Ukraina.

"Ada kegagalan besar yang dilakukan Federasi Rusia dalam mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi warga sipil dan melindungi objek-objek sipil dari dampak serangan mereka," jelas Turk, melansir Reuters 19 Desember.

Lebih jauh dia mengatakan, angkatan bersenjata kedua negara, khususnya Rusia, harus mematuhi hukum hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional.

"Mereka harus menghentikan penggunaan senjata peledak yang mempunyai dampak luas di wilayah berpenduduk, dan dengan cermat memetakan lokasi ranjau," seru Turk.

Sebagai tanggapan, misi permanen Rusia untuk PBB di Jenewa menuduh Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB “menutupi” kejahatan yang dilakukan oleh pasukan Ukraina.

"Jika Anda benar-benar ingin berbicara tentang Donbass, maka Anda perlu menulis tentang serangan harian di Donetsk, kematian anak-anak dan warga sipil lainnya di tangan militer Ukraina," ujar Evgeny Ustinov, penasihat senior misi tersebut, kepada Dewan Hak Asasi.

Terpisah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencatat lebih dari 1.400 serangan terhadap fasilitas kesehatan dan infrastruktur kesehatan lainnya di Ukraina secara keseluruhan sejak awal invasi Rusia, sehingga sulit untuk menyediakan layanan yang paling penting.

Berbicara kepada wartawan melalui tautan video dari Kota Odesa di Ukraina, Dr. Jarno Habicht, perwakilan WHO di Ukraina, mengatakan organisasi tersebut dan mitra lainnya berharap dapat menjangkau 3,8 juta dari 7,8 juta orang yang membutuhkan bantuan kesehatan pada tahun depan.

"Kami melihat kebutuhan kemanusiaan akan terus berlanjut pada tahun 2024 dan pada tingkat yang sama seperti sekarang," jelasnya.

"Namun, hal ini perlu lebih terfokus pada oblast (wilayah) yang memiliki kebutuhan tertinggi di wilayah timur dan selatan," tambahnya, merujuk pada wilayah-wilayah di negara tersebut yang mengalami kerusakan parah akibat invasi tersebut.