JAKARTA – Di saat banyak pengemudi ojek online (Ojol) menuntut Tunjangan Hari Raya (THR) dalam aksi demo hari ini, Alvian, seorang Ojol asal Jakarta Selatan, justru mengeluhkan hal lain yang lebih merugikan!
Bukan THR yang ia permasalahkan, melainkan program "slot" atau pengkotakkan wilayah yang diterapkan aplikator. Menurutnya, sistem ini membuat penghasilan pengemudi anjlok drastis, karena wilayah kerja dibatasi dan tarif yang diterima semakin kecil.
“Orderan jadi lebih sedikit, paling dapat Rp10 ribu. Padahal kalau penumpang yang pesan, harganya lebih mahal,” ungkapnya di Jalan MH Thamrin, Kamis, 27 Februari. Menurutnya, pengemudi ojol tidak punya pilihan! Jika menolak sistem ini, orderan yang masuk akan semakin sedikit.
“Dipaksa terima. Kalau nolak, rejeki makin seret,” kata Alvian.
Baginya, demo menuntut THR hanya sia-sia, karena aplikator tidak mungkin mengabulkan permintaan tersebut. Namun, penghapusan sistem slot adalah harapan utama para pengemudi Ojol!
“Kalau THR sih enggak mungkin. Yang penting hapus slot! Itu yang bikin kita rugi,” tegasnya.
BACA JUGA:
Perlu diketahui, ribuan ojek online (Ojol) se-Jabodetabek akan menggelar aksi demo di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat pada Kamis, 27 Februari, siang.
Dalam aksi ini, para pendemo dari Ojol membawa tema "AKSI OJOL 272". Sementara aksi demo dijadwalkan akan dimulai pada pukul 13.00 WIB.
Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Transportasi dan Jasa Daring Indonesia, Raden Igun Wicaksono mengatakan, pemerintah sebagai lembaga yang membuat regulasi mengenai tarif ojek online dan potongan biaya aplikasi ojek online dibuat tidak berdaya oleh dua perusahaan platform asing yang berbisnis dan investasi di Indonesia.
Raden Igun sangat menyayangkan pihak pemerintah tidak berani dan tidak memiliki kekuatan untuk memberikan sanksi tegas kepada dua platform asing yang sudah mengeksploitasi mitra-mitra kerjanya, baik itu pengemudi onlinenya maupun merchant-merchant onlinenya.