Bagikan:

JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno buka suara atas kritikan sejumlah pihak akibat dirinya memantau lokasi terdampak banjir di Jakarta menggunakan perahu karet.

Kegiatan ini terjadi saat Rano mengunjungi di Jalan Kamboja, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa, 4 Maret, untuk mengecek kondisi banjir dan berbincang dengan warga terdampak. Rano sempat naik ke perahu karet untuk menuju lokasi tersebut.

Sebagian orang menilai Rano tak sepatutnya naik ke perahu karet saat meninjau banjir. Mereka pun membandingkan dengan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang datang ke lokasi terdampak banjir dan berjalan kaki untuk menemui warga.

"Tentu setiap tindakan pasti tidak akan mungkin menyenangkan semua. Kita harus memilih kan. Tentu kalau harus memilih, harus memilih yang jumlahnya banyak," ujar Rano di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Rabu, 12 Maret.

Rano pun menilai ada alasan tertentu mengapa dirinya menggunakan perahu karet. Begitu juga dengan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung yang memantau banjir menggunakan helikopter. Menurut Rano, ia harus bisa bergerak cepat dalam mengambil kebijakan penanggulangan banjir.

"Artinya kunjungan mas Pram melalui udara dan perjalanan, darat melalui yang dilakukan oleh Wagub, itu bukan berarti tidak berkoordinasi. Memang sengaja supaya kita bisa menentukan kebijakan apa," jelasnya.

Sebelumnya, Pramono Anung juga sempat merespons cibiran dari sejumlah pihak soal kegiatan memantau banjir dengan helikopter pada Kamis, 6 Maret lalu. Pramono Anung memantau situasi banjir terkini lewat udara menggunakan helikopter milik Korps Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud) Baharkam Polri.

Pramono mengaku menerima kritikan yang dilontarkan padanya. Namun, ia juga menegaskan bahwa kegiatan pantau banjir dengan helikopter bukan atas kemauannya sendiri.

"Kritik itu merupakan obat yang sangat menyehatkan. Saya dikritik apa saja terima kasih, matur nuwun. Dan saya naik heli bukan permintaan saya. Ada yang menawarin," kata Pramono di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin, 10 Maret.

Lagipula, dalam peninjauannya itu, Pramono juga ingin memetakan daerah-daerah terdampak banjir yang memiliki urgensi sebagai lokasi kelanjutan normalisasi Sungai Ciliwung.

"Sehingga dengan demikian memang kenapa kemudian dilihat dari atas karena pengen naturalisasi, sodetan di mana-mana itu bisa dilakukan. Jadi sekali lagi naik heli bukan untuk gagah-gagahan," jelas Pramono