YOGYAKARTA - Jeffrey Sachs adalah seorang ekonom terkemuka asal Amerika Serikat yang dikenal karena kontribusinya dalam bidang pembangunan berkelanjutan dan kebijakan ekonomi global. Baru-baru ini, ia resmi ditunjuk sebagai anggota Dewan Penasihat Danantara, sebuah posisi strategis yang menunjukkan kepercayaan terhadap keahlian dan pengalaman internasionalnya. Pengumuman ini dilakukan dalam konferensi pers yang digelar pada 24 Maret 2025 dan dipimpin oleh CEO Danantara, Rosan Roeslani.
Penunjukan profil Jeffrey Sachs dalam dewan ini menjadikannya bagian dari tim penasihat yang juga terdiri dari tokoh-tokoh ternama seperti Ray Dalio, Helman Sitohang, F. Chapman Taylor, dan Thaksin Shinawatra. Dengan pengalaman luas dalam menangani krisis ekonomi global serta perannya sebagai penasihat bagi Sekretaris Jenderal PBB dalam kebijakan pembangunan berkelanjutan, Sachs diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan dalam pengelolaan investasi negara dan memperkuat posisi Indonesia di pasar internasional.
Profil Jeffrey Sachs
Jeffrey David Sachs lahir pada 5 November 1954 di Oak Park, Michigan, Amerika Serikat. Ia berasal dari keluarga Yahudi dan merupakan anak dari Joan (née Abrams) dan Theodore Sachs, seorang pengacara perburuhan. Sejak usia muda, Sachs menunjukkan minat besar dalam bidang ekonomi dan melanjutkan pendidikannya di Harvard College.
Di Harvard, Sachs meraih gelar Bachelor of Arts (BA) summa cum laude pada 1976, kemudian melanjutkan studi hingga mendapatkan gelar Master of Arts (MA) dan Doctor of Philosophy (PhD) di bidang ekonomi. Disertasinya berjudul Factor Costs and Macroeconomic Adjustment in the Open Economy: Theory and Evidence disusun di bawah bimbingan Martin Feldstein. Pada usia 28 tahun, ia diangkat sebagai profesor ekonomi dengan status tenure di Harvard, menjadikannya salah satu profesor termuda dengan jabatan tetap.
Karier Akademik dan Ekonomi
Jeffrey Sachs memulai karier akademiknya sebagai asisten profesor di Harvard University pada 1980 dan dalam waktu singkat dipromosikan menjadi profesor penuh pada 1983. Selama hampir dua dekade mengajar di Harvard, ia menjabat sebagai Galen L. Stone Professor of International Trade dan memimpin Harvard Institute for International Development dari 1995 hingga 1999.
Pada 2002, Sachs bergabung dengan Columbia University dan mendirikan The Earth Institute, sebuah lembaga riset yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan global. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Direktur Center for Sustainable Development di Columbia dan Presiden UN Sustainable Development Solutions Network (SDSN).
Sachs dikenal dengan konsep shock therapy, strategi ekonomi yang digunakan untuk mengatasi hiperinflasi dan transisi ekonomi dari sistem terpusat ke ekonomi pasar. Ia pernah menjadi penasihat ekonomi bagi berbagai negara, termasuk Bolivia, Polandia, dan Rusia, membantu mereka mengatasi tantangan ekonomi besar melalui kebijakan deregulasi harga, restrukturisasi utang, dan reformasi kebijakan fiskal.
Kiprah di PBB dan Pembangunan Berkelanjutan
Peran Jeffrey Sachs dalam pembangunan berkelanjutan semakin kuat ketika ia ditunjuk sebagai Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan pada 2002 untuk program Millennium Development Goals (MDGs). Program ini bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan kelaparan global hingga 2015. Setelahnya, ia terus berperan sebagai penasihat bagi Ban Ki-moon dan António Guterres dalam pengembangan Sustainable Development Goals (SDGs).
Sachs juga mendirikan dan menjadi kepala strategi Millennium Promise Alliance, organisasi yang berfokus pada pengentasan kemiskinan ekstrem dan kelaparan. Selain itu, ia turut andil dalam kebijakan kesehatan global, termasuk mendukung pendirian The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis, and Malaria, serta memberikan masukan dalam pengembangan President's Emergency Plan for AIDS Relief (PEPFAR) pada era pemerintahan George W. Bush.
Penunjukan sebagai Anggota Dewan Penasihat Danantara
Pada 24 Maret 2025, Jeffrey Sachs secara resmi diumumkan sebagai anggota Dewan Penasihat Danantara dalam konferensi pers di Jakarta Selatan. CEO Danantara, Rosan Roeslani, menjelaskan bahwa proses seleksi dilakukan secara ketat dengan melibatkan headhunter dari dalam dan luar negeri.
Keputusan ini dianggap sebagai langkah strategis bagi Danantara, mengingat Sachs memiliki pengalaman luas dalam pengelolaan kebijakan ekonomi global dan pembangunan berkelanjutan. Dengan keahliannya, ia diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga dalam pengambilan keputusan investasi serta membantu memperkuat posisi Indonesia di pasar internasional.
Kontroversi dan Pandangan Politik
Sebagai ekonom dengan pengaruh besar, Sachs kerap memberikan kritik terhadap kebijakan ekonomi global. Ia pernah menentang kebijakan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam menangani krisis utang Yunani dan menyerukan pendekatan yang lebih berorientasi pada kesejahteraan sosial.
BACA JUGA:
Selain itu, pandangannya mengenai konflik Rusia-Ukraina serta dugaan asal-usul COVID-19 juga sempat menuai kontroversi. Pada 2022, ia mendukung teori bahwa virus COVID-19 mungkin berasal dari laboratorium di Amerika Serikat, yang menimbulkan perdebatan di kalangan ilmuwan internasional.
Selain itu ternyata Joseph Stiglitz hingga Ban Ki Moon Diusulkan jadi Penasihat Danantara
Jadi setelah mengetahui profil Jeffrey Sachs, simak berita menarik lainnya di VOI.ID, saatnya merevolusi pemberitaan!