JAKARTA - Kesepakatan keamanan maritim Laut Hitam bertujuan untuk membawa Moskow kembali ke pasar gandum dan pupuk yang dapat diprediksi yang akan memungkinkan keuntungan dan memastikan keamanan pangan global, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam pernyataan yang dipublikasikan pada Selasa malam.
Amerika Serikat mencapai kesepakatan terpisah pada Selasa dengan Ukraina dan Rusia untuk menghentikan pertempuran di Laut Hitam dan serangan terhadap target energi, dengan Washington setuju untuk mendorong pencabutan beberapa sanksi terhadap Moskow.
"Kami ingin pasar gandum dan pupuk dapat diprediksi, sehingga tidak ada yang mencoba 'menjauhkan kami' darinya," kata Menlu Lavrov kepada televisi negara Rusia Channel One, melansir Reuters 26 Maret.
"Bukan hanya karena kami ingin meraup untung yang sah dalam persaingan yang adil, tetapi juga karena kami prihatin dengan situasi keamanan pangan di Afrika dan negara-negara lain di global south," tandasnya.
Jika dilaksanakan, kesepakatan itu bisa menjadi langkah signifikan pertama menuju tujuan Presiden AS Donald Trump untuk mencapai gencatan senjata yang lebih menyeluruh dalam perang di Ukraina yang pecah 24 Februari 2022 lalu.
Menlu Lavrov mengatakan, optimisme utusan khusus AS Steve Witkoff yang mengatakan gencatan senjata akan segera terjadi tidak mempertimbangkan sekutu Eropa Kyiv.
"Dia (Witkoff) secara signifikan melebih-lebihkan elite negara-negara Eropa, yang ingin 'menggantung seperti batu di leher' (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelensky, agar tidak membiarkannya 'menyerah'," kata Menlu Lavrov.
"Zelenskiy sendiri tidak ingin 'menyerah'," sambungnya.
BACA JUGA:
Menlu Lavrov memuji Presiden Trump dan para pejabatnya karena ingin memperbaiki hubungan bersama, mengatakan Moskow sepakat dengan AS untuk tidak membiarkan perselisihan antara dua kekuatan nuklir terbesar meningkat menjadi konfrontasi.
Namun, ia mengatakan Moskow akan tetap waspada dalam hubungannya dengan AS.
"'Percaya, tetapi verifikasi', ini adalah perintah agung (Mantan Presiden AS Ronald) Reagan," kata Lavrov.
"Kami tidak akan melupakannya," tandasnya.