JAKARTA - Rusia dan Ukraina memulai pertukaran tahanan/tawanan besar-besaran pada Jumat yang disetujui pada pembicaraan langsung pertama mereka.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pertukaran tahanan telah selesai tetapi Kyiv dan Moskow tidak mengonfirmasi hal ini. Sementara sumber militer Ukraina mengatakan pertukaran masih berlangsung.
Rusia dan Ukraina sepakat dalam perundingan selama dua jam di Istanbul minggu lalu untuk menukar 1.000 tahanan, tetapi gagal menyetujui gencatan senjata yang diusulkan Trump.
Pertukaran tahanan sebelumnya telah dimediasi oleh Uni Emirat Arab.
Pertukaran tahanan adalah satu-satunya langkah konkret menuju perdamaian yang disetujui kedua belah pihak dalam pembicaraan mereka di Istanbul.
"Selamat kepada kedua belah pihak atas negosiasi ini. Ini bisa mengarah pada sesuatu yang besar???," kata Trump dalam unggahan di Truth Social dilansir Reuters, Jumat, 23 Mei.
Ratusan ribu tentara di kedua belah pihak diyakini telah terluka atau terbunuh dalam perang paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua, meskipun tidak ada pihak yang mempublikasikan angka korban yang akurat.
Puluhan ribu warga sipil Ukraina juga tewas saat pasukan Rusia mengepung dan membombardir kota-kota Ukraina.
Ukraina mengatakan siap untuk gencatan senjata 30 hari segera, tetapi Rusia mengatakan tidak akan menghentikan serangannya sampai persyaratannya terpenuhi terlebih dahulu.
Seorang anggota delegasi Ukraina menyebut persyaratan tersebut "tidak dapat dimulai".
BACA JUGA:
Trump, yang telah mengubah kebijakan AS dari mendukung Ukraina menjadi menerima sebagian pernyataan Rusia tentang perang tersebut, mengatakan ia dapat memperketat sanksi terhadap Rusia jika Moskow memblokir kesepakatan damai. Namun setelah berbicara dengan Putin pada Senin, ia memutuskan untuk tidak mengambil tindakan apa pun untuk saat ini.
Moskow mengatakan pihaknya siap untuk perundingan damai sementara pertempuran masih berlangsung.
Rusia ingin membahas apa yang disebutnya sebagai "akar penyebab" perang, termasuk tuntutannya agar Ukraina menyerahkan lebih banyak wilayah, dan dilucuti senjatanya serta dilarang dari aliansi militer dengan Barat.
Kyiv mengatakan hal itu sama saja dengan menyerah dan akan membuatnya tidak berdaya menghadapi serangan Rusia di masa mendatang.