<i>Head to Head</i>: Puan vs Ganjar, Siapa yang Lebih Unggul?
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Polemik Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua DPR Puan Maharani mencuat pasca kasus 'Tak Diundang' dalam acara Pembukaan Pameran Foto Esai Marhaen dan Foto Bangunan Cagar Budaya di Panti Marhaen, Semarang, Jawa tengah, Sabtu, 22 Mei. 

Kabarnya, sesama kader PDIP itu tengah berebut untuk mendapatkan tiket maju Pilpres 2024 dari partai banteng.

Ganjar disebut terlalu ambisius sehingga tak diundang Puan yang hadir dalam pembukaan pameran. Padahal, seyogyanya Ganjar yang merupakan kepala daerah lokasi acara sekaligus kader PDIP semestinya turut menghadiri acara tersebut.

Lantas, siapakah sebetulnya yang paling layak mendapat tiket 'Nyapres' dari PDIP?

Puan Cocok jadi Capres 

Pengamat politik Emrus Sihombing menilai Ketua DPR RI Puan Maharani paling cocok dicalonkan sebagai calon presiden (capres) pada Pilpres 2024 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Pasalnya, menurut Emrus, bukan saja kader terbaik partai banteng, puteri Megawati Soekarnoputri itu juga memiliki segudang pengalaman, baik di eksekutif maupun di legislatif.

"Saya terus terang berpendapat, bukan hanya kader terbaik dari PDI Perjuangan, tapi calon presiden terbaik bangsa dan negara ini," ujar Emrus dalam pesan singkat yang diterima VOI, Senin, 24 Mei.

Dikatakan Emrus, Puan memiliki rekam jejak kepemimpinan yang sudah tidak diragukan lagi. Terbukti, ia berhasil memimpin Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) periode 2014-2019.

"Kementerian di bawah koordinator beliau tidak ada persoalan, kementerian kesehatan, kementerian sosial, dan kementerian lainnya. Dia pemimpin yang humanis yang bisa mengontrol sejumlah kementerian," jelas Emrus.

Menurut Emrus, selama menjabat sebagai Menko PMK, Puan sudah bekerja membantu presiden dengan baik.

"Bukannya jika dia sebagai presiden dengan pengalaman itu sudah sangat luar biasa. Pengalaman eksekutif, selama dia sebagai Menko itu secara tidak langsung dia sudah menjadi presiden dalam tanda kutip di bidang Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Menko PMK karena dia pembantu Presiden di bidang itu," kata Emrus.

Selain eksekutif, lanjutnya, Puan juga sukses di legislatif. Legislator Jawa Tengah itu dianggap memiliki kinerja yang baik selama duduk di parlemen dan memperoleh suara terbanyak pada pemilu.

"Selama sebagai anggota DPR tidak pernah bermasalah. Ketika dia memimpin DPR, semua bisa dipimpin dan tidak ada gejolak, sebagai Ketua DPR dia menunjukkan kepiawaiannya," terang Emrus.

Artinya, kata Emrus, dari pengalaman baik di eksekutif dan legislatif itu, Puan sudah sangat mumpuni untuk maju sebagai Capres di Pilpres 2024.

"Saya terus terang mengatakan pengalaman itu sudah sangat mendekati sempurna untuk menjadi pemimpin bangsa ke depan. Jika ada yang meragukan kepemimpinan dia, maka saya bersedia untuk berdebat," tegasnya.

Sementara menyoal hasil sejumlah lembaga survei, yang menyebutkan elektabilitas dan popularitas Puan Maharani masih belum signifikan sebagai calon presiden (Capres) di Pilpres 2024, Emrus mengatakan, itu hanya gambaran sesaat yang tidak bisa dijadikan ukuran calon pemimpin mendatang.

"Puan tetap pemimpin secara kualitatif, Puan Maharani sebagai sosok yang luar biasa. Survei itu kan kuantitatif, tidak menjelaskan secara kualitatif," kata Emrus Sihombing.

Ganjar Lebih Laku Dijual

Direktur Eksekutif Center for Public Policy Studies (CPPS) Indonesia Bambang Istianto menilai, Ganjar Pranowo punya daya jual tinggi untuk berkompetisi sebagai capres pada Pemilu 2024.

"Memang sosok Ganjar Pranowo laku dijual. Selain berpengalaman di birokrasi, pribadi Ganjar merupakan representasi masyarakat Indonesia yang dikenal santun," ujar Bambang dalam keterangan tertulisnya, Senin, 24 Mei.

Jika head to head, Puan dan Ganjar sama-sama memiliki pengalaman memimpin. Puan pernah menjadi Menko PMK dan ketua DPR. Sementara, Ganjar menjadi gubernur Jateng dua periode.

Bambang melihat, Ganjar bisa diterima di semua kalangan dibandingkan kader partai banteng lainnya. Terlebih, Ganjar tidak pernah memiliki resistensi personal dengan kelompok manapun.

Menurutnya, manuver politik yang dilakukan Ganjar untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas tidak lah berlebihan. Sebab kata Bambang, jika dilihat dari realitas politik hari ini, Indonesia butuh sosok pemimpin yang dapat merangkul semua komponen.

"Nah, sosok itu ada di Ganjar," kata Bambang.

Bambang menambahkan, justru internal PDIP lah yang terlalu berlebihan menanggapi hasil survei Ganjar. Padahal, hasil tersebut seharusnya bisa direspon baik oleh partai.

"Elektabilitas Ganjar itu kenyataan politik. Hanya saja mungkin internal PDIP takut Ganjar lebih populer dibanding calon yang bakal diusung PDIP," pungkas Bambang.

Posisi Ganjar Dilematis Hadapi Puan 

Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Andriadi Achmad mengatakan, tidak diundangnya Ganjar Pranowo dalam acara Pembukaan Pameran Foto Esai Marhaen dan Foto Bangunan Cagar Budaya yang dihadiri Puan Maharani tentu menjadi pertanyaan publik.

Sebab selain sebagai gubernur, Ganjar  masih berstatus sebagai kader dan kepala daerah yang diusung oleh PDIP. Di mana tentu sebagai tuan rumah, semestinya hadir dalam acara bersama Puan dan PDIP di Semarang, Jawa Tengah.

"Ada apakah? Ini membuktikan ada persoalan internal di PDIP," ujar Andriadi kepada VOI, Senin, 24 Mei.

Sebagaimana diketahui, Ganjar Pranowo akhir-akhir ini senantiasa muncul di media sosial dan memiliki elektabilitas cukup tinggi sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 dalam berbagai hasil survei.

"Posisi Ganjar Pranowo sebetulnya dilematis, walaupun elektabilitasnya cukup tinggi sebagai capres 2024. Tentu siapa yang akan diajukan sebagai Capres 2024 ada ditangan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP," kata Andriadi. 

Direktur Eksekutif Nusantara Institute PolCom SRC itu menuturkan, sudah sejak jauh-jauh hari, Puan Maharani kerap dimunculkan sebagai capres atau cawapres PDIP pada pilpres 2024. Sejauh ini, duet Prabowo-Puan sudah cukup populer di media massa. 

"Karena itu, kehadiran Ganjar Pranowo yang dianggap tengah gencar membangun popularitas dan elektabilitas bisa menutupi posisi Puan Maharani sebagai Capres 2024," jelas Andriadi.

Kendati demikian, menurutnya, politik masih sangat dinamis di mana bisa saja terjadi perubahan-perubahan yang mengejutkan. Bilamana Ganjar Pranowo tidak diajukan oleh PDIP sebagai capres 2024, tidak menutup kemungkinan akan diusung parpol lain asalkan elektabilitasnya semakin meroket.

"Saya memandang rivalitas Puan Maharani dan Ganjar Pranowo adalah hal biasa dan sering terjadi sebelum pilpres berlangsung. Tinggal nanti hitung-hitungan politik PDIP saja, untuk menentukan capres potensial yang akan menggantikan Jokowi 2024," katanya.

Andriadi mengakui, Puan pasti menjadi prioritas Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk dijadikan capres atau cawapres di 2024 mendatang. Bahkan, seluruh kader PDIP se-Indonesia mesti mematuhi apa yang menjadi keputusan sang ketum. 

Termasuk Ganjar Pranowo, dia musti legawa jika tidak mendapat restu Megawati sebagai Capres 2024.

"Sebetulnya Puan sudah disiapkan jauh-jauh hari. Di partai sebagai Ketua DPP, di eksekutif pernah menjabat Posisi Menko PMK Periode 2014-2019, dan saat ini di legislatif sebagai Ketua DPR RI periode 2019-2024. Tinggal lagi menanti posisi sebagai ketua umum PDIP dan presiden atau wakil presiden RI," tandas Andriadi Achmad.

Tiket Pilpres PDIP untuk Puan 

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) A. Khoirul Umam menilai, tidak diundangnya Ganjar menegaskan adanya kompetisi dan faksionalisme kuat di internal PDIP. Sehingga dapat dipastikan, tiket Pilpres 2024 tak akan diberikan, meski elektabilitas gubernur Jateng dua periode itu cukup tinggi.

"Elektabilitas tinggi Ganjar tidak menjamin dirinya akan mendapatkan restu dari PDIP," ujar Khoirul, Senin, 24 Mei.

"Sikap politik Puan Maharani dan Bambang Wuryanto mengindikasikan bahwa restu politik PDIP di 2024 tidak akan diberikan kepada mereka yang berasal dari luar trah Soekarno," sambungnya.

Kendati demikian, menurut Khoirul, ada 3 hal yang mesti dilakukan Ganjar apabila masih ingin mendapatkan restu PDIP, khususnya Megawati Soekarnoputri.

Pertama, Ganjar harus bisa membangun kepercayaan kepada para faksi-faksi elite PDIP bahwa dirinya akan tetap berada dalam kontrol politik elite partai banteng. Tentunya, sebagai petugas partai, bukan sekadar pemain Solo yang berlabel PDIP.

Kedua, Ganjar harus benar-benar mampu memastikan namanya bersih dari kasus lama yang sering dikaitkan dengan dirinya. Terutama kasus korupsi e-KTP.

Ketiga, Ganjar harus mampu menciptakan momentum politik, seperti yang dilakukan Jokowi pada awal 2013 lalu.

"Ganjar harus mampu menjelaskan kepada masyarakat akar rumput di level nasional tentang justifikasi mengapa dirinya layak, perlu dan relevan untuk dipilih menggantikan Jokowi di 2024 mendatang," jelasnya.

Namun jika hal tersebut tak dilakukan, kata dia, Ganjar akan menjadi Capres 2024 potensial yang gugur sebelum mengikuti kompetisi.

Karier Politik Ganjar di PDIP 'di Ujung Tanduk'

Menurut Direktur Esekutif Indonesian Presidential Studies (IPS)-Jakarta, Nyarwi Ahmad, peristiwa ini menegaskan bahwa dukungan internal PDIP kepada Ganjar Pranowo tidak lah aman untuk menaikkan level kepemimpinannya.

"Bukan tidak mungkin, nasib Ganjar Pranowo untuk dapat memaksimalkan karir politiknya melalui PDIP sudah di ujung tanduk," ujar Nyarwi, Senin 24 Mei.

Ganjar, sambungnya, berpotensi kehilangan peluang untuk mendapatkan tiket dari PDIP untuk masuk dalam bursa Pilpres 2024 mendatang. Meskipun memiliki tingkat elektabilitas yang cukup tinggi. 

"Ganjar selama beberapa bulan terakhir tampak makin popular dan tingkat elektabilitasnya juga cukup tinggi melampaui deretan sejumlah publik figur dan para tokoh pimpinan partai, termasuk Puan Maharani sendiri," jelasnya.

Nyarwi mengungkapkan, berdasarkan data survei IPS awal April 2021 untuk 30 nama capres menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar cukup tinggi sebesar 14,4 persen.

"Elektabilitas ini berada di urutan nomor dua setelah Prabowo (25.4 persen)," ungkapnya.

Sedangkan dalam bursa cawapres untuk 30 nama, Ganjar Pranowo juga berada di urutan nomor 3, yaitu 8,3 persen setelah Anies Baswedan 12.8 persen. 

Tingkat elektabilitas ini, tambah Nyarwi, tidak banyak mengalami perubahan untuk survei dengan 18 dan 10 nama capres dan cawapres.

"Kendati demikian, potensi elektabilitas Ganjar ini tidak akan bermakna, jika Ganjar gagal mendapatkan dukungan internal dari pimpinan PDIP," pungkasnya.

PDIP Sibuk Konsolidasi

Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno menegaskan saat ini partainya tengah sibuk konsolidasi sehingga tidak mengomentari polemik antara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua DPR Puan Maharani, yang sama-sama merupakan kader PDIP.

"Sedang sibuk sekali," ujar Hendrawan dikonfirmasi VOI, Senin, 24 Mei.

Di kesempatan berbeda, Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan partainya tengah fokus membantu Presiden Jokowi mengatasi pandemi COVID-19.

Dia mengimbau, seluruh kader partai wajib mengedepankan kerja konsolidasi menyeluruh partai. Sementara soal Capres dan Cawapres, kata dia, urusan ketua umum partai.

"Konsentrasi utama partai saat ini adalah membantu Presiden Jokowi bergotong royong mengatasi pandemi COVID-19 dengan berbagai variannya, bukan pada masalah capres-cawapres 2024," ujar Hasto dalam keterangannya, Senin, 24 Mei 

Menyoal Pemilu 2024, kata Hasto, mengingat Kongres V Partai telah memberikan kewenangan pada Ketua Umum Partai Megawati Soekarnoputri, berupa hak prerogatif untuk menetapkan Capres dan Cawapres pada Pemilu 2024 maka pilihan terbaik partai saat ini bagi seluruh kader partai pada seluruh jajaran tiga pilar partai adalah melakukan konsolidasi partai secara menyeluruh.

"Konsolidasi Partai juga menyangkut aspek ideologi, politik, program, kader, dan konsolidasi sumber daya. Konsolidasi ideologi agar bangsa Indonesia semakin kokoh dengan Pancasila dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa, sehingga Presiden RI yang akan datang tidak akan dibebani oleh persoalan tersebut," jelasnya.