Angka Kematian COVID-19 Anak Indonesia Tertinggi di Dunia Bukti Penanganan Pandemi Belum Berpihak pada Anak
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memandang penanganan COVID-19 di Indonesia belum berpihak kepada anak. Sebab, saat ini kasus COVID-19 pada anak hingga tingkat kematiannya cukup tinggi.

"Kasus infeksi pada anak mencerminkan bahwa penanganan COVID-19 di Indonesia belum berpihak kepada anak. Ada kondisi yang tidak optimal untuk melindungi anak sebagai salah satu kelompok rentan terhadap COVID-19," kata Komisioner KPAI Retno Listyarti kepada wartawan, Senin, 28 Juni.

Melihat data yang dihimpun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), proporsi kasus positif COVID-19 pada anak usia 0 sampai 18 tahun di Indonesia sebesar 12,5 persen.

"Artinya, 1 dari 8 kasus positif COVID-19 adalah anak-anak," ujar dia.

Padahal, tren kasus infeksi pada anak dalam skala global selalu menempati urutan terendah. Bahkan, proporsi infeksi COVID-19 pada anak secara global hanya sekitar 3 persen.

Parahnya, tingkat kematian atau case fatality rate COVID-19 pada anak di Indonesia merupakan tertinggi di dunia, yakni sebesar 3 persen hingga 5 persen dari total anak yang terkonfirmasi positif.

Belum lagi, situasi kesehatan anak yang kompleks seperti malnutrisi dan stunting, akan memperburuk kondisi anak yang terinfeksi COVID-19. Apalagi, rumah-rumah sakit di Indonesia belum dilengkapi ruang ICU khusus anak yang terinfeksi COVID-19.

 

"Hal inlah yang menjadi penyebab tingkat kematian anak tinggi, karena anak-anak yang megalami masa kritis kerap tidak tertolong akinat ketiadaan ruang ICU," tutur Retno.

Oleh sebab itu, Retno memandang pemerintah perlu melakukan langkah-langkah konkret dan terencana untuk menyelamatkan anak-anak yang terinfeksi COVID-19, sekaligus mencegah penularannya.

Retno merekomendasikan adanya penguatan pemeriksaan (testing), penelusuran (tracing), dan perawatan (treatment) atau 3T yang secara signifikan dapat dijadikan indicator pencegahan penanganan dini anak-anak yang terinfeksi COVID-19. 

"Ketika skema 3T pada orang dewasa saja masih belum memadai, maka kasus Covid-19 pada anak menjadi lambat terdeteksi. Ini berpotensi membuat kasus kematian pada anak menjadi tinggi, apalagi Indonesia tidak memiliki ruang ICU khusus anak yang terinfeksi COVID-19," ungkap Retno.

Tak hanya itu, Retno juga meminta pemerintah melengkapi imunisasi dasar untuk balita dan anak-anak. Sebab, intensitas program ini menurun selama pandemi. Lalu, Retno juga meminta penundaan pembukaan sekolah dengan pembelajaran tatap muka (PTM) pada awal tahun ajaran baru mendatang.