Dulu Ditangkap CIA, Kemarin Pemimpin Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar Berunding dengan Kepala Telik Sandi AS
Pemimpin Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar. (Wikimedia Commons/الحكومة الأفغانية)

Bagikan:

JAKARTA - Entah apa yang ada di pikiran dan perasaan salah satu pemimpin Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar, saat harus bertemu dan berunding dengan Direktur Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) William Burns.

Sebelas tahun lalu, Baradar ditangkap oleh agen mata-mata dalam operasi gabungan CIA dengan intelijen Pakistan (ISI) setelah posisinya terlacak dari telepon genggam dan ditangkap di Karachi, Pakistan sekitar akhir Januari atau awal Februari 2010. Kendati, detil penangkapan Baradar sampai saat ini belum jelas.

Mengutip Gulf News Selasa 24 Agustus, Abdul Ghani Baradar kemudian menjalani hukuman penjara selama delapan tahun. Nasibnya berbeda dengan sembilan pemimpin Taliban lainnya yang juga ditahan Pakistan dan dilepaskan pada 23 Novemver 2012.

Pada 25 Okber 2018, Baradar dibebaskan dari penjara. Sejak itu, hidupnya banyak bersinggungan dengan Barat. Ia ditunjuk sebagai kepala negosiator Taliban dalam pembicaraan damai dengan Amerika Serikat di Qatar.

Pembicaraan itu menghasilkan kesepakatan dengan pemerintahan Donald Trump, tentang penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan. Pada November 2020, Baradar berpose bersama dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo dalam foto di depan kursi berbingkai emas.

william burns
Direktur CIA William Burns. (Wikimedia Commons/U.S. Department of State)

Sebagai teman dekat pemimpin tertinggi sekaligus pendiri Taliban Mullah Mohammed Omar, Baradar diyakini memiliki pengaruh signifikan atas jajaran Taliban. Dia melawan pasukan Soviet selama pendudukan mereka di Afghanistan dan menjadi gubernur beberapa provinsi pada 1990-an ketika Taliban terakhir memerintah negara itu.

Senin 23 Agustus kemarin, Baradar disebut bertemu dan berunding dengan Direktur CIA William Burns, yang dikirim Presiden Joe Biden, seperti mengutip Daily Mail dari The Washington Post.

Diskusi tersebut, menurut catatan laporan Selasa, kemungkinan melibatkan tenggat waktu 31 Agustus, untuk semua kehadiran militer Amerika Serikat keluar dari Afghanistan, termasuk mengakhiri evakuasi warga AS dan sekutu Afghanistan.

Burns dikirim ke ibu kota Afghanistan ketika pemerintah terus bergulat dengan kekacauan di bandara Kabul, berjuang untuk mengevakuasi orang Amerika Serikat dan mereka yang membantu Amerika Serikat selama 20 tahun terakhir.

Untuk diketahui, pekan lalu Presiden Joe Biden mengatakan tidak menutup kemungkinan pasukannya melewati tenggat waktu penarikan pasukan pada 31 Agustus atau seperti yang dijadwalkan semula, untuk menyelesaikan evakuasi.

"Jika ada warga Amerika yang tersisa, kami akan tinggal sampai kami mengeluarkan semuanya," sebut Presiden Biden kepada ABC News.

Kemarin, Taliban menegaskan batas waktu penarikan pasukan asing pimpinan Amerika Serikat pada 31 Agustus mendatang, menolak perpanjangan, namun mengizinkan warga Afghanistan untuk terbang setelah tanggal tersebut.

"Jika Amerika Serikat atau Inggris mencari waktu tambahan untuk melanjutkan evakuasi, jawabannya adalah tidak. Akan ada konsekuensinya," tegasnya seperti mengutip Arab News Senin 23 Agustus.

Sementara kepada BBC, Shaheen menyebut keputusan tersebut sudah ditetapkan oleh kepemimpinan Taliban, seperti halnya reaksi terhadap langkah-langkah seperti itu.

"Pasukan asing harus mundur pada tenggat waktu yang telah mereka umumkan sebelumnya. Jika tidak, itu jelas merupakan pelanggaran," tegas Shaheen. Dia tidak merinci konsekuensi apa yang akan terjadi, hanya mengatakan akan diputuskan kepemimpinan Taliban.