Importir Diminta Serap Kedelai Lokal Agar Ekosistem Pangan Dalam Negeri Terjaga
Petani menanam kedelai di lahan PT SHS Member of ID FOOD/ Foto: IST

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional / NFA (National Food Agency), Arief Prasetyo Adi mengatakan pentingnya menyerap kedelai Petani lokal sebagai penguatan stok kedelai nasional. Oleh karenanya Badan Pangan akan membuat penugasan kepada importir untuk wajib serap kedelai Petani.

Menurutnya, penguatan stok tersebut merupakan upaya menciptakan ekosistem pangan dalam negeri dan jaga ketersediaan pangan kedelai, sinergi dengan Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, BUMN Pangan, BULOG, Swasta dan Asosiasi.

“Di Indonesia marketnya sudah ada karena minat konsumsi kedelai seperti tahu tempe cukup tinggi,

saat kedelai harganya baik, bahkan lebih baik dari luar negeri, ini kesempatan kita untuk menanam kedelai, memang butuh proses menanam dan bibitnya yang perlu disiapkan, namun gerakan menanam kedelai ini juga yang diamanahkan Presiden Joko Widodo.”Ungkapnya.

Diakuinya, minat Petani untuk menanam kedelai masih minim dibandingkan lainnya seperti padi dan tebu lantaran harga kedelai di tingkat Petani rendah sehingga berdampak keengganan menanam kedelai.

Sebelumnya, lanjut Arief, Holding pangan ID FOOD melalui PT Sang Hyang Seri sejak Maret 2022 telah memulai budidaya penanaman kedelai di areal lahan pertanian milik PT SHS di Sukamandi, Subang Jawa Barat kerja sama dengan Akademisi Universitas Gadjah Mada yang secara simbolis penanamannya dihadirinya secara langsung bersama Kementerian BUMN dan Jajaran Direksi Holding Pangan ID FOOD, dalam rangka dukungan BUMN Pangan untuk menjaga ketersediaan stok kedelai.

“Jaga harga kedelai ditingkat petani dan serap produksinya menjadi pendorong untuk meningkatkan minat menanam kedelai dan penguatan stok kedelai nasional.”Pungkasnya

Arief menyebut harga acuan kedelai ditingkat petani saat ini diangka Rp8.500 per kilogram, oleh karenanya Badan Pangan Nasional bersama Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan stakeholders lainnya akan menyiapkan regulasi baru harga acuan kedelai ditingkat petani. Menurut Arief, hal ini menjadi peran Badan Pangan Nasional untuk update harga acuan mengikuti perkembangan sarana produksi yang dibutuhkan petani.

Tak hanya itu, lanjut Arief, pihaknya juga bisa memperhatikan situasi perdagangan global serta menjamin kepastian harga dan pasar bagi produk petani. Sehingga, lannjutnya, negara dapat melindungi petani untuk mengembangkan produksinya dan secara bertahap dapat mengurangi ketergantungan impor kedelai.

Hal ini pun juga dibahas dengan Asosiasi Gakoptindo (Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia), bahkan Gakoptindo siap berkolaborasi menyerap kedelai petani untuk keperluan pengrajin tahu dan Tempe.

“Saya diskusi langsung dengan teman - teman di Gakoptindo, mereka bilang ‘pak kita siap membeli kedelai petani hingga satu juta ton per tahun untuk membuat tahu,’ mereka pun mendukung jika ada ketetapan harga acuan baru kedelai ditingkat petani.” katanya usai diskusi pada kegiatan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Gakoptindo di Jawa Tengah.

“Artinya pasarnya sudah ada, Indonesia ini kelebihannya karena warganya di atas 270 juta penduduknya, sehingga sebetulnya kita punya market yang luar biasa untuk menciptakan ekosistem pangan dalam negeri.”Jelasnya lagi.

Sementara itu, Direktur Supply Chain Pelayanan Publik Perum BULOG Mokhamad Suyamto mengatakan Pemerintah telah menugaskan Perum BULOG untuk menyediakan pasokan kedelai pada harga yang lebih rendah dari harga pasar. Diberikan selisih harga bagi pengrajin tempe tahu yang tergabung dalam Kopti sasaran.

“Sasaran dari program ini adalah pengajin tahu tempe yang tergabung dalam koperasi tahu tempe yang ditetapkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM dan program ini akan dilaksanakan di seluruh Indonesia,”kata Suyamto.

Penyaluran kedelai oleh Perum BULOG dilaksanakan bertahap yang akan disalurkan di 13 Provinsi yaitu Aceh, Lampung, Bengkulu, DKI Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Jogya, Bali, Kaltim, NTB, dan Sulsel.

“Sumber kedelai yang akan digunakan dalam program ini adalah kedelei ex impor yang saat ini sudah tersedia di gudang-gudang importir maupun kedelai lokal hasil produksi petani dalam negeri,”tambah Suyamto.

Dengan penyiapan pasokan kedelai pada harga yang lebih murah, pengrajin tahu tempe akan dapat menyiapkan tahu tempe pada harga terjangkau bagi masyarakat sekaligus kepastian pasokan untuk jaminan keberlangsungan produksi tahu tempe.

Perum BULOG siap hadir untuk melaksanakan penugasan dan mengawal stabilisasi pasokan dan harga kedelai bagi pengrajin sasaran.