Apresiasi Bio Farma yang Kembangkan Vaksin COVID-19, Menteri BUMN Minta Daftarkan Indovac ke Ditjen HAKI
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ingin vaksin buatan Bio Farma yang diberi nama Indovac memiliki Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Karena itu, Erick pun meminta agar Bio Farma segera mendaftarkan Indovac ke Ditjen Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Kementerian Hukum dan HAM.

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyebutkan Indonesia Vaccine atau Indovac sebagai nama untuk vaksin buatan BUMN PT Bio Farma.

"Meminta PT Bio Farma untuk segera mendaftarkan nama vaksin Indovac ke Dirjen Hak Atas Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Jumat, 2 September.

Erick juga mengapresiasi keberhasilan perusahaan BUMN bidang farmasi, PT Bio Farma (Persero) dalam pengembangan vaksin COVID-19. Keberhasilan ini, kata Erick, tak terlepas dari arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Lebih lanjut, Erick mengatakan, keberhasilan Indonesia dalam memproduksi vaksin sendiri merupakan bentuk kesiapsiagaan ke depan.

"Kita memiliki sumber daya dan platform teknologi yang terbukti siap menghadapi situasi manakala terjadi pandemi di masa depan. Sudah saatnya kita pakai vaksin buatan negeri sendiri apalagi biaya yang dikeluarkan untuk vaksin impor sudah sangat tinggi," kayanya.

Sebagai BUMN yang bergerak di bidang farmasi, lanjut Erick, Bio Farma bekerja sama dengan Baylor College of Medicine. Erick optimistis akan menunjukkan karya membanggakan yang akan mendukung kesehatan dan kebangkitan seluruh rakyat Indonesia dari pandemi COVID-19.

Pengembangan vaksin COVID-19 BUMN dari hulu-hilir dilakukan di Indonesia oleh Bio Farma, mulai dari adaptasi teknologi seperti subunit berbasis rekombinan protein vaksin SARS-CoV- 2 dan rekombinan SARS-CoV-2 receptor binding domain (RBD), uji klinis hingga proses produksi dan pengemasan.

Sementara Baylor College of Medicine (BCM) Amerika Serikat menyediakan seed (benih vaksin) untuk pengembangan vaksin.

"Ini yang membedakan vaksin COVID-19 BUMN produksi Bio Farma dengan vaksin COVID-19 lainnya karena dikembangkan dan diproduksi dari hulu ke hilir oleh anak bangsa dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hampir mencapai 80 persen," ucapnya.

Pada akhir Agustus, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito mengatakan izin edar untuk penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) vaksin COVID-19 BUMN akan dikeluarkan pada pertengahan September 2022.

Sebagai informasi, Bio Farma telah mendaftarkan hasil uji klinis fase 3 vaksin COVID-19 BUMN untuk usia 18 tahun ke atas ke BPOM sebagai syarat untuk mendapatkan EUA.

Uji Klinis untuk Vaksinasi Anak

Erick juga menjelaskan, vaksin produksi Bio Farma juga siap menjalani uji klinis untuk vaksinasi booster. Setelah proses uji klinis vaksin COVID-19 BUMN untuk booster, Bio Farma akan mendaftarkan uji klinis untuk vaksinasi anak.

"Vaksin COVID-19 BUMN bermanfaat untuk vaksinasi primer dan booster baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Vaksin COVID-19 karya BUMN yang berplatform rekombinan protein ini bisa digunakan secara aktif terhadap COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV," tuturnya.

Sejauh ini hasil uji klinis telah menunjukkan vaksin yang akan diproduksi oleh Bio Farma ini memiliki keamanan dan efikasi yang baik dalam meningkatkan kadar antibodi, sehingga tidak kalah dari vaksin COVID-19 jenis lainnya.

Selain itu, sejak proses awal, vaksin ini sudah didesain halal dan diaudit oleh otoritas berwenang sehingga diharapkan segera mendapatkan sertifikasi halal setelah keluarnya EUA.

"Sejak awal saya sudah menegaskan kehalalan harus jadi faktor utama, sehingga vaksin COVID-19 BUMN ini sudah dirancang untuk menjadi vaksin halal," katanya.

Kata Erick, Bio Farma juga akan mendaftarkan vaksin hasil pengembangannya ke WHO untuk mendapatkan EUL (emergency use listing) sehingga dapat turut berkontribusi terhadap kesehatan dunia.