Kejar Industri Kerajinan Fesyen Naik Kelas, Kemenperin Gandeng Desainer dan <i>Marketplace</i>
Ilustrasi fesyen (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) Kementerian Perindustrian menyelenggarakan talkshow sebagai rangkaian Perayaan Hari Ulang Tahun Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) ke-43 di Medan, Sumatera Utara, belum lama ini.

Pada gelaran yang bertajuk Wirausaha Baru Tercipta, Perajin Berjaya tersebut, perajin berdialog dengan para narasumber yang terjun langsung di industri kerajinan dan fesyen.

"Kami telah menyelenggarakan talkshow tentang wastra, desain, dan pemasaran online yang harapannya dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada para pengusaha maupun calon pengusaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah," kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Dirjen IKMA) Kemenperin Reni Yanita di Jakarta, dikutip Rabu, 31 Mei.

Diskusi tersebut membahas peningkatan penggunaan ragam wastra Nusantara di aneka produk kerajinan dan busana. Mengingat pelaksanaannya di Kota Medan, maka diskusi juga membedah tentang kekayaan Tenun Ulos Sumatera Utara yang berhasil menjadi produk budaya bernilai tambah dan berpotensi jual tinggi di pasar lokal dan global.

Kemudian, ada juga pembahasan aneka strategi pemasaran digital bagi wirausaha kerajinan.

Reni menyebut, produk kerajinan merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang memiliki nilai seni dan estetika yang tinggi.

Menurutnya, produk kerajinan tidak bisa dianggap hanya sebagai sebuah produk, tetapi dapat menjadi cerminan keahlian, keindahan, dan keunikan budaya. "Kerajinan juga merupakan hasil kreativitas dan keahlian tangan para perajin yang biasanya diwariskan secara turun-temurun di masyarakat.

Dirjen IKMA Kemenperin juga mengatakan, dalam berwirausaha di bidang ini, para perajin atau desainer produk tidak bisa asal-asalan. Wirausaha sektor kerajinan harus memahami keunikan produk kerajinan sebagai nilai tambah produk, mampu terus berinovasi mengikuti tren, serta bisa memenuhi kebutuhan pasar sehingga dapat diterima di pasar lokal dan global.

"Wirausaha di bidang kerajinan juga perlu memperkuat aspek manajemen usaha, baik terkait pemasaran (branding, promosi, dan distribusi penjualan produk), aspek produksi, keuangan, maupun sumber daya manusia atau perajinnya," tutur Reni.

Tidak hanya itu, Reni juga menekankan pentingnya semangat kolaborasi dan keberanian untuk memulai usaha. Wirausaha kerajinan juga perlu saling mendukung, agar sektor industri kerajinan Indonesia semakin kuat.

"Memulai usaha kerajinan bukanlah hal yang mudah, tetapi kami harus memiliki tekad yang kuat dan berani mengambil risiko dalam menjalankan usaha, untuk mencapai kesuksesan," ungkapnya.

Adapun salah satu narasumber yang hadir dalam talkshow tersebut, yakni founder Toba Tenun Kerri Na Basaria mengatakan, perajin dapat mengembangkan berbagai motif tradisional yang sesuai pakem adat istiadat, namun dengan kreasi motif baru.

"Dengan demikian, wastra atau kain tradisional dapat digunakan lebih fleksibel untuk beragam kesempatan dan di mana saja," jelas dia.

Sementara itu, Direktur Kebijakan Publik Tokopedia Astri Wahyuni yang juga menjadi narasumber dalam gelaran tersebut mengungkapkan, perajin dan wirausaha kerajinan harus memanfaatkan pemasaran online untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

"Wirausaha dapat memanfaatkan toko digital ini untuk bercerita juga tentang asal-muasal produknya, baik melalui dekorasi toko maupun fitur live shopping," pungkasnya.

Sekadar diketahui, industri kerajinan nasional memiliki potensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, Kemenperin terus berupaya mendongkrak inovasi dan memperkuat ekosistem perajin dan wirausaha di bidang kerajinan.

Salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui bimbingan teknis dan diskusi mengenai tren terkini yang terjadi di pasar. Dengan demikian, diharapkan kerajinan Indonesia dapat bersaing di pasar global.