Sukseskan Hilirisasi, Menperin Agus Resmikan Groundbreaking Smelter Nikel di Kaltim
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Dok. Kemenperin)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meresmikan industri smelter nikel PT Mitra Murni Perkasa (MMP) yang merupakan perusahaan dengan 100 persen Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Kalimantan Timur.

"Pembangunan industri smelter dalam rangka program hilirisasi diharapkan dapat memberikan penyediaan bahan baku yang beragam serta dalam jumlah yang cukup sehingga dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan sektor industri lainnya," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulisnya, Senin, 11 September.

Menperin Agus mengatakan, rencana kapasitas produksi smelter nikel tersebut sebesar 27.000 MT nickel matte per tahun dan akan digunakan untuk menjadi bahan baku baterai.

"Smelter nikel ini dijadwalkan melakukan commissioning pada 2025," ujarnya.

Agus menambahkan, PT MMP akan menjadi smelter nikel kedua di Indonesia yang memproduksi nickel matte.

"Hal ini membuktikan bahwa PMDN juga mampu hadir membangun sebuah proyek industri smelter nikel yang begitu besar, bernilai puluhan triliun rupiah untuk mendukung industri baterai listrik nasional," ucapnya.

Pemerintah, lanjut Agus, juga memberikan apresiasi kepada seluruh investor dan jajaran Direksi PT MMP atas komitmennya dalam membangun industri smelter nikel di Indonesia dalam rangka ikut menyukseskan program hilirisasi serta menjadi langkah penting menuju Indonesia Emas 2045.

"Kemenperin senantiasa mendukung dan memfasilitasi kebutuhan pelaku usaha industri di dalam negeri. Kami akan mengawal PT MMP agar seluruh kegiatan dapat berjalan sesuai rencana dan sesuai dengan tahap yang direncanakan," pungkasnya.

Sekadar informasi, saat ini terdapat 38 smelter nikel stand alone yang telah beroperasi di bawah binaan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dengan nilai investasi mencapai 15,8 miliar dolar AS.

Dari 38 smelter tersebut, 35 di antaranya adalah smelter pyrometallurgy, sedangkan sisanya merupakan smelter hydrometallurgy dengan produk akhir Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang dapat diolah lebih lanjut menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.