JAKARTA – Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky menyebut target pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen yang dipatok pemerintah untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 hanya sebatas harapan dan angan-angan.
Menurutnya, narasi strategi agar target pertumbuhan tercapai tampak tidak memadai dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.
“Sebagian besar berupa pernyataan keinginan dan harapan, kurang terlihat keterkaitan langkah dan kebijakan yang akan diambil untuk mewujudkannya,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu 9 Maret 2025.
Hal itu, bisa dilihat dari sisi sektoral atau lapangan usaha, maupun sisi komponen pengeluaran. Awalil mencontohkan RPJMN 2025-2029 menargetkan pertumbuhan sektor pertanian sebesar 2,2 persen di tahun 2025 menuju 3,46 persen di tahun 2029. Sementara, realisasi pada 2011-2024 tumbuh rata-rata 3,10 persen. Bahkan pada tiga tahun terakhir atau periode 2022-2024 hanya 1,41 persen.
BACA JUGA:
“Dengan demikian, target terbilang cukup tinggi dan narasi strateginya kurang memadai untuk mendukung. Umpama sesuai rencana pun, tampak bahwa sektor pertanian belum diutamakan mendukung target delapan persen,” ungkapnya.
Dia mengatakan, target RPJMN yang cukup tinggi, mensyaratkan ekonomi tumbuh dan dinamis. Karena itu, Awalil pesimistis target RPJMN akan tercapai bila target pertumbuhan sektor pertanian, industri pengolahan, konstruksi dan pertambangan tidak terpenuhi.
Seperti diketahui, Skenario pertumbuhan ekonomi menuju delapan persen disajikan dalam dokumenn RPJMN 2025-2029 pada lampiran I dari Perpres Nomor 12 Tahun 2025. Diharapkan lima tahun ke depan pertumbuhan ekonomi naik signifikan. Mulai dari 5,3 persen tahun 2025, 6,3 persen tahun 2026, 7,5 persen 2027, dan 7,7 persen tahun 2028, dan 8,0 persen tahun 2029.