Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa Indonesia akan mengirimkan delegasi ke Amerika Serikat (AS) untuk membahas tarif bea masuk sebesar 32 persen yang dikenakan terhadap Indonesia oleh Presiden AS, Donald Trump.

Sebagai tindak lanjut, delegasi Indonesia yang terdiri dari sejumlah menteri dan pejabat akan berangkat ke Washington D.C. mulai 16 hingga 23 April mendatang.

Airlangga ungkapkan akan melakukan pertemuan dengan United States Trade Representative (USTR), Kementerian Perdagangan (Secretary of Commerce), Kementerian Luar Negeri (Secretary of State), dan Kementerian Keuangan AS (Secretary of Treasury).

Dia menyampaikan, kunjungan tersebut akan diikuti Menteri Luar Negeri Sugiono, Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu, Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Nasir, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono.

Selain itu, kunjungan ini juga bertepatan dengan pertemuan musim semi (Spring Meeting) IMF dan World Bank.

"Sehingga kami akan bertemu dengan USTR, dengan Secretary of Commerce, Menteri Secertary of State, fan Secretary of Treasury. Nah hari ini Pak Wamenlu juga akan berangkat ke Washington DC, kemudian besok saya dan Ibu Mari akan berangkat. Dan dengan Pak Thomas Djiwandono, Pak Wamenlu juga akan berangkat," ujarnya kepada awak media, Senin, 14 April.

"Demikian pula akan berangkat Ibu Menteri Keuangan. Ini terkait juga dengan spring meeting daripada World Bank, IMF World Bank. Dan kita pahami Indonesia dikenakan tarif 32 persen dan sekarang 90 hari di hold," tambahnya.

Airlangga mengatakan, Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapat kesempatan pertama diajak negosiasi tarif dengan AS.

"Jadi ini tentu berdasarkan daripada apa yang sudah disampaikan oleh pemerintah Indonesia. Dimana kami sudah bersurat, arahan Bapak Presiden bersurat kepada tiga kementerian," jelasnya.

Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia telah menyiapkan dokumen non-paper yang komprehensif mencakup isu tarif, hambatan non-tarif, investasi, serta usulan kerja sama bilateral di luar sektor perdagangan, termasuk sektor keuangan.

Selain itu, Airlangga menyampaikan Indonesia juga tengah mempersiapkan kompensasi atas selisih nilai ekspor dan impor (delta) yang mencapai 18-19 miliar dolar AS.