Bagikan:

JAKARTA - Perum Bulog melaporkan sudah menyerap sebanyak 91.753 ton setara beras dari para petani di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai bagian dari target secara nasional sebanyak 3 juta ton pada tahun 2025.

"Realisasi per 27 April 2025, penyerapan dalam bentuk gabah kering panen sebanyak 147.223 ton, gabah kering giling 6.098 ton, dan beras 9.261 ton. Kalau setara beras, seluruhnya mencapai 91.753 ton," kata Pemimpin Wilayah Bulog NTB Sri Muniati dilansir ANTARA, Selasa, 29 April.

Sri menuturkan, target awal penyerapan dari petani sebanyak 180.600 ton setara beras. Setelah pihaknya melakukan penyesuaian, maka target berubah menjadi 179.600 ton atau berkurang 1.000 ton setara beras.

Menurutnya, keberhasilan perseroan dalam melakukan penyerapan gabah dan beras petani dalam jumlah yang sudah relatif besar tidak terlepas dari kolaborasi yang solid dengan TNI dan penyuluh di lapangan serta para mitra.

Sebanyak 110 lembaga mitra Bulog membantu penyerapan hasil produksi petani. Mereka tersebar di 10 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat.

"Sebelumnya, jumlah mitra pengadaan Bulog hanya 90-an. Dengan upaya optimalisasi serapan gabah dan beras petani, jumlah terus bertambah," ujar Sri.

Lebih lanjut dia menyebutkan volume serapan gabah dan beras dalam empat bulan pertama tahun 2025 merupakan yang tertinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

Bulog berkomitmen untuk terus melakukan penyerapan gabah dan beras petani karena masih ada daerah-daerah yang segera melakukan pemanenan padi, baik di Pulau Lombok maupun di Pulau Sumbawa.

Dalam melakukan serapan hasil produksi petani, Sri mengakui masih ada berbagai kendala yang dihadapi di lapangan.

Salah satunya adalah keterbatasan fasilitas pengeringan di tingkat mitra serta kapasitas penggilingan yang terbatas.

Kondisi tersebut menjadi perhatian serius mengingat Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu daerah dengan potensi produksi padi yang tinggi.

"Kami aktif mendorong para mitra untuk melakukan modernisasi sarana dan prasarana, terutama fasilitas pengeringan. Langkah itu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas gabah yang diserap," pungkas Sri.