Sepak Terjang Grup Bakrie yang Sering Hutang hingga Dililit Masalah
Keluarga Bakrie (Instagram/ramadhaniabakrie)

Bagikan:

MEDAN - Semua bermula ketika Achmad Bakrie mendirikan CV Bakrie & Brothers di Teluk Betung, Lampung. Awalnya bisnis ini bergerak di hasil bumi, kemudian dikenal sebagai pionir produsen pipa baja.

Dikutip Majalah Tempo Pada 1988, Aburizal Bakrie memimpin Grup Bakrie. Bakrie & Brothers masuk bursa dan mulai merambah sektor telekomunikasi. Dari penjualan saham 15 persen, Bakrie mendapat dana Rp25 miliar. Tiga tahun kemudian, pendapatan perusahaan mencapai Rp213 miliar.

Bakrie Groub dihempas krisis moneter tahun 1998

Kemudian pada 1992, Bakrie mendirikan tiga perusahaan induk: PT Bakrie & Brothers, Bakrie Nusantara Corporation, dan PT Bakrie Investindo. Tiga holding ini membawahi unit usaha di bidang industri, manufaktur, telekomunikasi, agrobisnis, dan perdagangan. Dan setahun kemudian, Grup Bakrie meluncurkan ANTV.

Badai pertama datang ketika krisis moneter tahun 1998 terjadi. Anjloknya nilai tukar rupiah menjadi Rp17 ribu per dolar AS, membuat utang Bakrie & Brothers naik dari Rp2,7 triliun menjadi Rp9,7 triliun.

Sahamnya tergerus dari 58 persen menjadi tinggal 2,5 persen. Keluarga Bakrie harus mengembalikan utang rekapitalisasi Rp3 triliun ke negara dan menyerahkan aset-asetnya ke Badan Penyahatan Perbankan Nasional.

Masalah besar lainnya terjadi pada 2006. Saat itu salah satu anak perusahaan Grup Bakrie, PT Lapindo Brantas di Sidoarjo menyemburkan lumpur panas. Aburizal mengklaim rugi Rp9 triliun. Sementara Bakrie Life gagal membayar premi asuransi hingga Rp360 miliar. Saham Bakrie Telecom dilego.

Dua tahun kemudian, Bursa Efek Indonesia menghentikan sementara perdagangan saham Bakrie & Brothers, Bakrieland, Bumi Resources, Energi Mega Persada, Bakrie Sumatera Plantations, dan Bakrie Telecom, karena harga sahamnya ambruk 30 persen. Rumor gadai saham menjadi pemicunya.

Bakrie & Brothers kemudian menerbitkan saham baru Rp40,8 triliun. Namun terkumpul hanya Rp30 triliun. Dananya untuk membeli 35 persen saham Bumi Resources, 40 persen saham Energi Mega, dan 40 persen saham Bakrieland Development dari keluarga Bakrie.

Pada 2014, masalah utang kembali mencuat. Bumi Resources berutang 3,73 miliar dolar AS atau sekitar Rp44,77 triliun. Paling beesar kepada perusahaan China Investment Corporation sebesar 1,9 miliar dolar AS. Pada 2013 dan 2014 perseroan membayar masing-masing 600 juta dolar AS dan tahun berikutnya 700 juta dolar AS.

Setelah mengalami pasang surut, lantas berapa total aset PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) saat ini?

Pada keterangan pers 17 Desember 2020, Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk. Anindya Bakrie menyampaikan total aset BNBR dalam sembilan bulan pertama 2020 sebesar Rp15,50 triliun. Sementara total aset selama 2019 sebesar Rp14,36 triliun.

Artikel ini pernah tayang di VOI.ID dengan judul: Sepak Terjang Kerajaan Bisnis Grup Bakrie yang Kerap Dililit Utang

Selain Sepak Terjang Grup Bakrie, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!