YOGYAKARTA – Minum minuman berenergi tampaknya populer belakangan ini, khususnya di kalangan remaja dan dewasa muda. Penelitian menunjukkan, minum minuman berenergi berkaitan dengan kesehatan mental para remaja yang meminumnya. Dalam tinjauan sistematis terbaru, para peneliti meneliti 57 studi tentang dampak minum minuman berenergi pada anak-anak dan remaja hingga usia 21 tahun. Mereka mengamati data dari Januari 2016–Juli 2022.

Penelitian dipublikasikan pada 15 Januari 2025, menunjukkan bahwa remaja laki-laki mengkonsumsi lebih banyak minuman berenergi daripada perempuan. Peneliti juga menemukan hubungan antara konsumsi minuman berenergi dengan perilaku berbahaya. Seperti merokok, minum minuman alkohol, dan penggunaan narkoba. Dampak tambahan dari konsumsi minuman berenergi pada remaja laki-laki dan perempuan, meliputi berikut ini:
- Durasi tidur pendek
- Kualitas tidur buruk
- Prestasi akademik rendah
- Risiko bunuh diri lebih tinggi
- Tekanan psikologis
- Gejala ADHD
- Depresi
- Gangguan panik dan kecemasan
Perlu diketahui, minuman berenergi mengandung kafein dalam jumlah melebihi dosis harian yang direkomendasikan untuk orang dewasa. Konsumsi minuman berenergi dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik kaum muda, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan.
“Minuman berenergi melambangkan — dalam hal ini pada orang muda, tindakan mencari sesuatu di luar diri sendiri untuk mengisi kekosongan yang dirasakan. Konsekuensi jangka panjangnya diterjemahkan sebagai ketergantungan bersama,” kata Anna Scott, seorang terapis berlisensi yang mengkhususkan diri dalam kesehatan mental remaja dilansir Healthline, Rabu, 12 Februari.
Erika Chiappini, PhD, seorang psikolog anak dan remaja di Johns Hopkins Children’s Center, mengatakan bahwa minuman berenergi menyebabkan gangguan tidur, yang dapat memengaruhi suasana hati dan fungsi kognitif. Ini karena jumlah kafein yang tinggi dan remaja yang meminumnya mungkin mengalami kesulitan tidur lebih besar. Kualitas tidurnya juga terpengaruh.
BACA JUGA:
Kualitas tidur yang buruk dan jumlah tidur tidak memadai, dikaitkan dengan kemampuan pengaturan emosi yang buruk. Mereka sulit memperhatikan, mengalami kecemasan, dan suasana hati rendah. Efeknya juga pada ranah sosial, mereka sulit menjalin pertemanan, terutama di rumah.
“Sementara orang-orang berprestasi tinggi menggunakan minuman berenergi untuk mengatasi kelelahan mereka karena terlalu banyak bekerja otak agar cukup baik untuk diakui oleh orang tua, guru, atau calon program pasca-sekolah menengah,” kata Scott.
Scott merekomendasikan, salah satu cara menghentikan kebiasaan minum minuman berenergi adalah dengan mengajari anak-anak tentang cara emngelola emosi mereka. Mereka juga perlu belajar kesadaran diri lebih besar di usia yang lebih muda.
Beberapa hal yang perlu diwaspadai, yaitu gejala yang dialami ketika terlalu banyak minum minuman berenergi. Di antaranya mengalami dehidrasi, detak jantung tidak teratur, merasa gugup dan gelisah, dan insomnia.