Eksklusif, Umrah Dibuka, Firman Muhammad Nur: Asa Baru untuk Bangkit
Firman Muhammad Nur. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Bagikan:

Kabar gembira  soal dibukanya kembali umrah untuk jemaah Indonesia disambut dengan syukur oleh H. Firman Muhammad Nur, M.Sc., selaku Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) dan segenap anggota organisasi. Sudah hampir dua tahun mereka “puasa” karena tak ada pemberangkatan jemaah umrah dan juga haji ke tanah suci. Pembukaan ini adalah secercah asa untuk bangkit di tengah pandemi COVID-19. Kepada tim VOI dia berbagi pengalaman menghadapi pandemi dan kiat untuk bertahan di masa sulit ini.

***

Pengusaha umrah dan haji adalah kloter pertama kelompok usaha  yang terdampak pamdemi COVID-19. Soalnya sejak 27 Februari 2020 pemerintah Saudi kata H. Firman Muhammad Nur, M.Sc sudah menutup kedatangan jemaah umrah dan haji ke tanah suci. Sebagai Ketua umum asosiasi dan juga Direktur Utama PT Kafilah Maghfirah Wisata, mereka dan juga ratusan anggota lainnya merasakan betul dampak dari pandemi ini.

Namun dengan kondisi ini apakah harus diam? Tentu tidak, anggota AMPHURI mengupayakan diversivikasi usaha, yang muaranya mengurangi PHK. Dan kenyataannya menurut Firman dia tidak mendapat laporan adanya PHK, kecuali perumahan atau pemberian modal lunak agar karyawan bisa berusaha mandiri sembari menunggu umrah dan haji normal lagi.

Informasi bahwa pemerintah Saudi yang membuka umrah sejak tanggal 1 Muharram 1443 H (10 Agustus 2021) kami menyambutnya dengan rasa syukur. “Pemerintah Saudi juga juga mengumumkan akan buka umrah selama 11 bulan sampai tanggal 30 Dzul qo'dah setelah ditutup sekian lama. Artinya Saudi optimis umrah dapat dilakukan sebagaimana masa normal, karena akan dibuka selama 11 bulan,” ujar alumni Pondok Moderen Gontor, Ponorogo yang melanjutkan studi S1 dan S2 di International Islamic University Islamabad, Pakistan Jurusan Ekonomi Islam.

Firman Muhammad Nur amat optimis dengan target yang dicanangkan Saudi soal jemaah umrah ini. Dan ini adalah asa yang amat menjanjikan bagi pengusaha haji dan umrah. “Saudi juga mencanangkan target per hari 60 ribu jemaah, per bulan 2 juta jemaah dan  11 bulan berarti 22 juta jemaah. Subhanallah mereka punya target seakan-akan umrah di masa normal. Terakhir sebelum pandemi pencapaian Saudi untuk jemaah dalam satu tahunnya lokal baik Saudi dan internasional tidak lebih dari 19 juta jemaah. Target yang dicanangkan sekarang lebih besar dari capaian tahun  sebelumnya. Ini adalah harapan besar bagi kami,” katanya kepada Iqbal Irsyad, Edy Suherli Savic Rabos dan Rifai yang menyambangi kantor DPP AMPHURI di bilangan Jalan Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan belum lama berselang. Inilah petikan selengkapnya.

Firman Muhammad Nur. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Firman Muhammad Nur. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Seperti apa kondisi anggota AMPHURI di masa pandemi COVID-19 ini?

Pengusaha perjalanan haji dan umrah adalah  sektor yang pertama terdampak dari semenjak pandemi ini menerpa dunia. Karena sejak 27 Februari 2020 pemerintah Saudi sudah menutup kedatangan kedatangan jemaah ke  tanah suci. AMPHURI yang menaungi  486 anggota yang tersebar di seluruh Indonesia dengan 11 DPD berusaha  memastikan bahwasannya usaha anggota dapat tetap berlanjut. Dalam pengurusan kami yang baru pada periode ini ada divisi baru yaitu bidang pengembangan usaha dan koperasi.

Perhatian kami pada anggota bagaimana dalam masa pandemi ini karyawan tetap dipekerjakan. Makanya kami beri ide-ide dan pelatihan dan sebagainya untuk bisa melakukan keanekaragaman usaha. Alhamdulillah meski pandemi sudah hampir dua tahun, dari anngota kami tidak mem-PHK karyawan.

Berapa jumlah rata-rata karyawan di setiap perusahaan penyelenggara?

Minimal 1 perusahaan ada 10 sampai ada yang lebih dari 30 orang karyawan.  Jadi cukup besar juga sebetulnya yang terdampak. Bukan hanya karyawan yang berkantor, tapi juga para ustazd dan kiai yang terlibat dalam membimbing jemaah.  

Penganekaragaman usaha apa yang dilakukan anggota di masa pandemi ini?

Tidak sedikit anggota kami adalah pengusaha usaha bidang lain seperti restoran. Kami mencoba menggali dari anggota-anggota yang punya usaha restoran tersebut  untuk memberi pelatihan sistem restoran kepada anggota yang lain, sehingga mareka bisa membuka cabang baru dari anggota lain yang tertarik. Rata-rata kantor haji umrah itu ruko, itu bisa diubah menjadi restoran. Kami juga menjalin kerjasama dengan perusahaan seperti Yamaha, untuk menjadi bagian dari penjualan dan bengkel. Begitu juga dengan produsen kosmetik Wardah, kerjasama penjualan juga dilakukan dan masih banyak lagi dengan yang lain. Ini adalah upaya untuk memastikan agar karyawan masih bisa bekerja.

Firman Muhammad Nur. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Firman Muhammad Nur. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Apalagi yang dilakukan untuk meminimalisir PHK?

Ada juga anggota kami yang memberikan pinjaman lunak kepada karyawannya untuk membuka usaha selama belum ada pemberangkatan haji dan umrah. Setelah normal kembali mereka bisa bekerja kembali dan pinjaman dikembalikan.

Tanggal 1 Muharram atau 10 Agustus 2021 Pemerintah Saudi membuka kembali umrah untuk jemaah dari Indonesia bagaimana menyambut ini?

Mendengar informasi bahwa pemerintah Saudi akan membuka umrah sejak tanggal 1 Muharram 1443 H, kami menyambutnya dengan rasa syukur. Mereka juga umumkan akan umrah dibuka selama 11 bulan sampai tanggal 30 Dzul qo'dah setelah ditutup sekian lama. Artinya Saudi optimis umrah dapat dilakukan sebagaimana masa normal, karena sudah dibuka selama 11 bulan.

Mereka juga mencanangkan target jumlah per hari 60 ribu jemaah, per bulan 2 juta jemaah dan  11 bulan berarti 22 juta jemaah. Subhanallah mereka punya target seakan-akan umrah di masa normal. Terakhir sebelum pandemi pencapaian Saudi untuk jemaah dalam satu tahunnya lokal baik Saudi dan internasional tidak lebih dari 19 juta jemaah. Target yang dicanangkan sekarang lebih besar dari capaian tahun  sebelumnya. Ini adalah harapan besar bagi kami.

Jadi target Saudi besar sekali?

Target mereka besar untuk menarik kedatangan jemaah umrah, karena itu tak mungkin mereka tidak mempertimbangkan siapa jemaah yang akan datang. Jelas mereka melihat perkembangan COVID-19 di Indonesia, tapi kalau kondisinya sudah normal tak mungkin mereka akan menghalangi.  Saudi ini betul-betul serius dengan visi 2030, menggarap sektor umrah ini tak main-main.

Soal jemaah Indonesia yang sempat di-suspend, negara mana lagi yang diperlakukan sama?

Hanya jemaah Indonesia dan termasuk Filipina, tapi itu juga sementara dan bisa dicabut kalau kondisi sudah membaik. Sebetulnya soal ini bisa diselesaikan secara diplomasi. Kami menjalin diplomasi dengan NGO di sana dengan membangun kesadaran seharusnya Indonesia dengan status negara jemaah pengirim umrah terbanyak, jemaah yang paling taat aturan mendapat prioritas. Buktinya saat negara lain belum mendapat izin bulan November 2020 ujicoba dilakukan untuk  jemaah Indonesia dan itu berhasil. Meski pun 10 persen dari jemaah yang dikirim dinyatakan positif COVID-19. Ini bisa jadi bahan evaluasi. Dugaan saya setelah menempuh perjalanan panjang, capek, dan perubahan cuaca mereka mengalami pilek. Saat diperiksa mereka reaktif. Tapi dari jumlah itu tidak ada yang dirawat serius.

Apa harapan Anda pada pemerintah?

Setelah kami melakukan lobi dengan NGO di Saudi, kami berharap pemerintah juga melakukan hal sama pada pemerintah Saudi. Untuk umrah adalah dambaan masyarakat yang menunggu lama untuk naik haji. Jadi solusi untuk bisa menyambangi tanah suci melalui umroh, karena haji daftar tunggunya panjang sekali. Kami mendorong  pemerintah untuk secara aktif bisa memperjuangkan ini. AMPHURI dan anggota siap memenuhi persyaratan yang diajukan Saudi. Akan lebih baik lagi kalau presiden kita juga  bersilaturahmi dengan Raja Salman atau Putra Mahkota Kerajaan Saudi Arabia. Diplomasi seperti itu penting sekali.

Berapa banyak jemaah yang dikirim anggota AMPHIRI untuk umrah?

Tahun 2019 jumlah jemaah Indonesia mencapai 1,2 juta. Kami mengirimkan sekitar 430.000. Untuk jemaah umroh Indonesia ini negara pengirim terbesar kedua setelah Pakistan. Tapi potensi Indonesia itu cendrung menggunakan hotel-hotel bintang empat dan lima di sekitar Masjid Haram dan Masjid Nabawi. Yang kedua jemaah Indonesia royal dalam belanja. Tak heran kalau bahasa Indonesia menjadi bahasa yang kerap digunakan dalam transaksi bisnis.

Soal vaksin menjadi syarat utama, padahal Indonesia kebanyakan disuntik dengan Sinovac dan Sinopharm yang sampai saat ini belum menjadi standar Saudi, bagaimana dengan hal ini?

Realitasnya memang masih menjadi persyaratan utama untuk dapat berangkat ke tanah suci dua kali suntikan tersebut harus sudah dipenuhi karena berbeda dengan yang digunakan oleh pemerintah Saudi yang mereka jadikan standar untuk menerima kedatangan bangsa asing ke tanah ke Saudi Arabia (Moderna, Pfizer, Astrazaneca dan Jonhson & Jonhson). Untuk yang divaksin selain standar Saudi, mereka memberi solusi yaitu pada siapa pun yang akan datang ke tanah suci wajib memenuhi vaksinnya lengkap 2 x ditambah 1 x booster. Kami membangun komunikasi dengan Kementerian Kesehatan untuk segera disiapkan satu jenis vaksin tambahan sebagai booster tersebut.

Berapa biaya minimal untuk ibadah umroh agar tidak terjebak penipuan?

Ada standar pelayanan minimal jadi pemerintah sudah menetapkan jenis hotel jarak lain sebagainya, maka anda juga harga referensi, sebelum pandemi  20 juta. Saat dibuka pada bulan November evaluasi harga tersebut keluar versi-versi baru sebesar 26 juta. Masyarakat harus mengacu ke  harga itu agar tidak tertipu atau salah memilih biro perjalanan. Semoga pandemi segera berlalu dan kami bisa menyelenggarakan ibadah umrah dan haji seperti semula.

Kreatif Adalah Kiat Firman Muhammad Nur Bertahan di Masa Pandemi 

Firman Muhammad Nur. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Firman Muhammad Nur. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Pandemi corona membuat ruang gerak terbatas. Hal ini juga  dialami oleh Firman Muhammad Nur. Meski aktivitas terbatas namun komunikasi dengan pihak luar tetap terjalin secara virtual.

“Kita harus mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak banyak bertemu dengan orang lain kalau tidak penting sekali di masa PPKM. Pertemuan masih bisa dilakukan secara virtual tanpa harus bertemu muka secara langsung. Dampaknya lebih banyak berada di rumah, berat badan cendrung meningkat,” akunya.

Padahal Firman punya target untuk menurunkan berat badannya yang sudah dianggap oleh dokter berlebih. Ini adalah tantangan tersendiri bagi pria kelahiran Palembang 23 Februari 1972 ini. “Saya bisa menurunkan berat badan meski sedikit. Soalnya di rumah itu asupan makanan lebih terkontrol, berbeda kalau kita banyak beraktivitas di luar seperti sebelum pandemi,” kata Firman. Bobot tubuhnya sempat menyentuh angka 116kg, sekarang tinggal tersisa 93kg.

Berapa target penurunan berat badan? “Menurut dokter saya tidak boleh lebih rendah dari 85kg. Soalnya kalau di bawah itu kurang bagus. Ya sudah saya menuruti anjuran dokter dengan mengatur pola makan dan berolahraga yang sesuai untuk kondisi saya,” lanjut Firman yang memilih jogging di sekitar komplek perumahannya sembari berjemur sinar matahari dan bersepeda untuk mengimbangi program diet dari dokter.

Selain itu dia juga menjaga asupan vitamin dan makanan dan minuman yang meningkatkan daya tahan tubuh. “Saya jaga betul asupan vitamin dan makanan dan minuman yang mengandung probiotik. Alhamdulillah Allah masih jaga dan takdirkan saya dan keluarga dalam keadaan sehat. Saya selalu berdoa semoga selalu sehat,” lanjutnya.

Firman ikut prihatin dengan mereka yang terpapar COVID-19. “Masker menurut saya masih menjadi sarana ampuh untuk mengurangi penyebaran COVID-19 selain mematuhi aturan protokol kesehatan lainnya tentunya. Dan kalau sudah terpapar tidak ada pilihan harus mematuhi saran dari nakes yang merawat kita,” katanya sembari menambahkan dukungan untuk  kesembuhan pada keluarga, kerabat dan relasi kita yang terpapar COVID-19 juga amat membantu pemulihan.

Peluang

Firman Muhammad Nur. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Firman Muhammad Nur. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Dalam setiap kesulitan, ada peluang yang bisa diraih. Itu yang terjadi pula pada Firman. Ia membuat minuman yang bisa meningkatkan imunitas tubuh yang berasal dari susu, madu, kurma ajwa dan habatus-saudah (jinten hitam).

“Dalam kesulitan ternyata ada opportunity di sana. Ini produk yang kami buat untuk membantu orang dalam meningkatkan imunitas tubuhnya, karena kandungan bahan-bahannya memang sudah terbukti selama ini bermanfaat dan disukai oleh Rasulullah. Susu, madu, kurma ajwa yaitu kurma yang ditanam oleh Rasulullah dan berada di sekitar Madinah, bukan daerah lain. Habatus-saudah memang sudah lama menjadi obat. Semuanya kami ramu menjadi satu dalam kemasan,” katanya sembari berharap apa yang dilakukannya ini bisa menjadi solusi di tengah kesulitan.

Firman mencetuskan membuat minuman dalam kemasan ini karena bulan Ramadan lalu dia menjual kurma ajwa dalam jumlah besar. Dan apa yang dia lakukan ternyata banyak yang meminatinya. “Kurma ajwa saya lumayan banyak yang membeli di bulan Puasa lalu. Namun tersisa satu kontainer yang tidak terjual. Saya kemudian bikin ide untuk membuat minuman dengan kandungan bermacam-macam bahan bermanfaat dan membantu meningkatkan imunitas. Jadilah minuman ini dan ternyata ada yang berminat. Alhamdulillah, pelan-pelan kurma kami bisa habis,” katanya.

Sebelum kurmanya habis, Firman sudah memesan lagi. “Soalnya minuman ini ternyata ada peminatnya. Ya sudah sekalian kami pesan lagi untuk produksi yang berkelanjutan. Sebenarnya sudah banyak orang yang membuat olahan makanan dan minuman dari kurma, tapi yang menggunakan kurma ajwa baru kita. Soalnya harganya mahal,” lanjutnya menambahkan ini adalah potensi yang bagus.

Saat pandemi kita tidak bisa mengirimkan jemaah haji dan umrah, tetapi ada peluang usaha baru yang muncul. “Teman-teman AMPHURI juga melakukan hal serupa dengan mengubah atau menambahkan gerai makanan dan minuman di kantornya. Soalnya rata-rata kantor anggota kami itu di tepi jalan raya. Itu yang dimafaatkan dengan meluaskan usaha dalam bidang kuliner sebelum umrah dan haji kembali pulih,” lanjutnya.

Sebagai Ketua AMPHURI, Firman dan jajaran pengurusnya memberikan dorongan untuk melakukan langkah-langkah yang bisa menjadi katup pengaman saat usaha umrah dan haji masih belum normal seperti sebelum pandemi.  “Niat awalnya untuk menjadi bidang usaha baru sementara umrah dan haji belum pulih. Tapi kalau usaha baru ini bisa menjadi andalan mengapa tidak. Itu bisa dilanjutkan dan diseriusi,” katanya.

Alumni

Firman Muhammad Nur. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Firman Muhammad Nur. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Sebagai pengusaha travel umrah dan haji, hubungan Firman dengan jemaah yang diberangkatkan ke tanah suci, terus terjalin meski kegiatan umroh dan haji sudah berlalu. “Yang menarik dari usaha kami ini adalah ikatan emosional kita dengan alumni itu kuat sekali. Loyalitas mereka kepada kami terus terjalin. Soalnya kami bukan melakukan bisnis semata, tapi yang kami lakukan adalah pelayan pada mereka dalam perjalanan ibadah. Mereka itu secara ekonomi menengah ke atas dan itu punya potensi yang banyak,” katanya.

Kegiatan sosial sering dilakukan dengan melibatkan para alumni. “Kita masuk pada hal-hal sosial, belum lama ini kami melakukan kegiatan pembagian kurma untuk para nakes yang disalurkan lewat rumah sakit yang menangani pasien COVID-19,” ujarnya.

Selain itu kegiatan sosial lainnya adalah membantu korban banjir. “Kami bergerak tidak pada saat banjirnya, karena saat itu sudah banyak yang melakukan aksi sosial. Yang kami lakukan 1 bulan setelah banjir. Eh ternyata masih ada tempat-tempat di Bekasi genangan airnya belum surut juga. Di sanalah kami  melakukan pembagian sembako. Ada 2.500 bungkus sembako yang kami bagikan dengan perahu,” ungkapnya.

Pada saat Idul Adha yang lalu kami juga membantu alumni yang ingin menyalurkan ibadah qurbannya. “Donasi kurban kemarin kami melakukan kegiatan tebar hewan qurban sendiri. Melalui  Yayasan Pendidikan Pesantren yang kami sebut  Kampung Maghfirah  bisa mengumpulkan sekitar 750 potong kurban,” tandas Firman Muhammad Nur sembari menambahkan beasiswa juga diberikan kepada santri yang belajar di pesantren. Aksi pemberian bea siswa ini juga melibatkan alumni.

“Saudi mencanangkan target per hari 60 ribu jemaah, per bulan 2 juta jemaah dan  11 bulan berarti 22 juta jemaah. Subhanallah mereka punya target seakan-akan umrah di masa normal. Terakhir sebelum pandemi pencapaian Saudi untuk jamaah dalam satu tahunnya lokal baik Saudi dan internasional tidak lebih dari 19 juta jemaah. Target yang dicanangkan sekarang lebih besar dari tahun sebelumnya. Ini adalah harapan besar bagi kami,”

Firman Muhammad Nur