JAKARTA - Penyakit jantung sampai saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar di dunia, termasuk juga di Indonesia. Terdapat banyak jenis penyakit jantung yang membahayakan, salah satunya atrial fibrilasi.
Atrial fibrilasi merupakan salah satu jenis dari aritmia, yakni gangguan irama jantung yang menyebabkan detak jantung tidak teratur dan cepat. Dokter Konsultan Intervensi Jantung dan Aritmia di Eka Hospital BSD, Ignatius Yansen, mengatakan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang menderita atrial fibrilasi.
“Penyakit jantung itu masih menjadi penyebab kematian terbesar di dunia,” kata Dokter Yansen, saat ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada 19 Februari 2025.
“Aritmia yang paling banyak adalah yang atrial fibrilasi. Ini paling banyak termasuk juga di Indonesia,” tambahnya.
Namun, kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini belum tinggi. Salah satu penyebabnya karena gejala dari atrial fibrilasi yakni jantung berdebar dianggap sebagai hal yang biasa, sehingga tidak memeriksakan diri.
Hal tersebut tentu saja berbahaya, karena risiko dari atrial fibrilasi adalah stroke hingga gagal jantung. Terlebih untuk orang dengan usia lanjut, maka faktor risiko yang bisa dialami semakin kompleks.
“Tapi sayangnya di Indonesia banyak sekali yang tidak sadar. Ini bisa meningkatkan risiko stroke dan risiko gagal jantung,” jelasnya.
“Faktor risiko utamanya karena usia, 80 tahun, itu kurang lebih 10 sampai 15 persen menderita atrial fibrilasi, gangguan irama jantung yang tidak beraturan,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Dokter Yansen mengingatkan agar segera memeriksakan diri jika sering mengalami jantung berdebar tidak beraturan, terlebih jika terjadi dengan sering saat tubuh beristirahat. Ia juga mengatakan bahwa edukasi ke masyarakat terkait penyakit ini harus terus digaungkan.
BACA JUGA:
“Makanya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia ada yang namanya AF Awareness Month, itu di bulan September. Itu kita berikan edukasi tentang aritmia, atrial fibrilasi,” pungkasnya.