Jadi Korban Perundungan di Tempat Kerja, Atasi dengan Tips Bijak Berikut
Ilustrasi Perundungan di Tempat Kerja (Yan Krukov/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Perundungan atau bullying bisa terjadi di mana saja, termasuk tempat kerja. Ya, perundungan tidak hanya menimpa anak kecil, tapi bisa juga terjadi di kalangan orang dewasa. 

Menurut survei Zogby International, sekitar 35 persen pekerja di Amerika terkena efek bullying di tempat kerja. Parahnya, para pelaku perundungan kerap menyangkal dan mengabaikan perilaku mereka sebagai tindakan intimidasi. 

Maraknya kasus perundungan di tempat kerja mengarah pada penurunan produktivitas karyawan, lonjakan angka pengunduran diri, hingga masalah hukum serius yang menimpa karyawan maupun perusahaan. Jika Anda atau orang yang Anda kenal mengalami perundungan di tempat kerja, berikut VOI bagikan tips mengatasi perundungan yang disadur dari Huffpost, Selasa, 8 Februari.

Kenali apa saja bentuk perundungan. Dalam lingkungan profesional, ciri perundungan termasuk perlakuan buruk berulang-ulang seperti menghina secara verbal, kritik terus-menerus dan tidak beralasan, isolasi dan pengucilan dari kegiatan sosial. Tanda-tanda yang jelas adalah pelecehan fisik dan verbal, tetapi tanda-tanda yang lebih halus termasuk sabotase terhadap upaya seseorang untuk berhasil. 

Perhatikan target perilaku perundungan. Beberapa tipe rekan kerja tertentu cenderung menjadi sasaran perundungan di tempat kerja. Misalnya, pegawai yang sangat terampil dalam pekerjaan, orang favorit manajer, mereka yang disukai di perusahaan, dan mereka yang tidak terlalu agresif. Perhatikan mereka yang tampaknya memiliki hubungan positif dan yang tampaknya tidak berinteraksi dalam kelompok.

(Yan Krukov/Pexels)

Fokus pada kinerja pekerjaan dan hindari komentar negatif yang tidak terkait dengan pekerjaan atau tugas yang ada. Komentar seperti "setiap orang bodoh dapat melakukan pekerjaan ini" dapat dianggap sebagai intimidasi. Latih manajer dan supervisor Anda tentang cara tepat memberikan kritik yang membangun kepada pekerja tanpa menggunakan pemanggilan nama atau menggunakan komentar pribadi yang negatif.

Promosikan budaya kerja positif. Kepemimpinan Anda menentukan bagaimana karyawan diharapkan untuk memperlakukan satu sama lain. Jelaskan dalam buku pedoman perusahaan dan dengan tindakan Anda jenis perilaku apa yang diizinkan dan perilaku apa yang secara tegas dilarang. Memberikan arahan yang jelas untuk melaporkan tuduhan dan melarang pembalasan terhadap mereka yang mengeluh.

Selidiki keluhan segera. Jangan abaikan keluhan langsung atau desas-desus tentang intimidasi di tempat kerja Anda. Segera ambil tindakan karena semakin lama intimidasi dibiarkan terjadi, semakin besar kerugian yang dialami korban dan potensi tanggung jawab terhadap perusahaan Anda.

(Rodnae Production/Pexels)

Berikan pelatihan kepada supervisor dan karyawan. Kebijakan Anda tidak akan berarti banyak jika supervisor tidak memahaminya dan bagaimana menegakkannya. Supervisor perlu mengetahui cara mengidentifikasi perundungan, menyelidiki keluhan secara adil, menjaga privasi, dan mendisiplinkan pelaku dengan tepat. Dan, jika karyawan tidak disadarkan akan hak dan tanggung jawab mereka untuk melaporkan perilaku tersebut, mereka akan terus bekerja dengan asumsi bahwa pemberi kerja tidak menganggap perundungan sebagai hal serius.

Tidak memberi toleransi pada pelaku perundungan. Dalam sebuah survei, pekerja korban perundingan ditanya bagaimana atasan menangani situasi tersebut. Jawaban mengejutkan didapat. Justru sekitar 72 persen pelaku perundingan adalah atasan atau supervisor dan kedua pihak ini malah merasionalisasi atau bahkan mendorong budaya perundungan terjadi. Tak sedikit juga yang menyangkal perbuatan mereka pada bawahan sebagai aksi perundungan.

Dalam kasus tersebut, tidak mungkin bagi karyawan merasa aman atau memiliki kepercayaan diri serta kemampuan untuk menjadi produktif dan senang dalam pekerjaan mereka.

Jangan malu menyebut perundungan. Menggunakan eufemisme perundungan di tempat kerja dengan beberapa sebutan seperti seperti ketidaksopanan, rasa tidak hormat, konflik pribadi, maupun gaya manajemen, merupakan kerugian besar bagi mereka korban perundungan. Tidak menyebut perundungan sebagai "perundungan", untuk menghindari menyinggung perasaan orang-orang yang mungkin jadi pelaku perundungan, bisa menambah sakit hati para individu korban perundungan yang pekerjaan, karier, dan kesehatannya telah terancam sebagai akibat perundungan.