Tak Semudah yang Dibayangkan, Kenali 5 Perbedaan <i>Emotional Eating</i> dan Lapar Fisik
Ilustrasi perbedaan emotional eating dan lapar fisik (Pexels/Karolina Grabowska)

Bagikan:

JAKARTA – Makan karena panggilan rasa lapar berbeda dengan makan karena dorongan emosional. Makan karena dorongan emosional atau dikenal dengan emotional eating adalah keinginan makan untuk menghilangkan stres, untuk self-rewards, ataupun merasa lebih nyaman.

Emotional eating adalah menggunakan makanan untuk membuat diri Anda merasa lebih baik, dilansir Help Guide, Rabu, 9 Februari. Dengan tujuan memenuhi kebutuhan emosional, bukan perut Anda, kerap sekali jadi bikin hilang arah. Bahkan mengonsumsi junk food maupun makanan yang tidak mendukung pola hidup sehat, cukup membahayakan.

Makan karena dorongan emosional tidak akan memperbaiki masalah emosional. Pada banyak kasus, justru membuat seseorang merasa menyesal, merasa bersalah, dan malu. Membedakan emotional eating dan lapar secara fisik ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Terutama jika Anda sering menggunakan makanan untuk mengatasi perasaan Anda. Berikut, perbedaan antara kedua perilaku, yang satu bersifat alamiah panggilan senyawa kimiawi tubuh dan yang lain adalah dorongan emosi.

1. Emotional eating datang tiba-tiba

Kelaparan fisik, datang lebih lambat dibandingkan rasa lapar emosional. Emotional eating dapat menjalar dalam sekejap dan terasa luar biasa serta mendesak. Dorongan untuk makan karena lapar tidak terasa menakutkan atau menuntut kepuasan instan, kecuali Anda sudah lama tidak makan.

perbedaan emotional eating dan lapar fisik
Ilustrasi perbedaan emotional eating dan lapar fisik (Unsplash/Loouis Hansel)

2. Lapar emosional mendambakan makanan yang menenangkan

Jika diperbandingkan berdasarkan logika, makanan sehat dan makanan yang menenangkan bisa jadi berbeda. Saat Anda lapar secara fisik, hampir semua hal terdengar baik termasuk sayuran dan makanan sehat yang mengandung mikro ataupun makro nutrient.

Tetapi rasa lapar emosional menginginkan makanan dengan cepat, manis, dan memberikan dorongan instan. Misalnya, tiba-tiba saja Anda merasa membutuhkan kue keju, pizza, dan tidak ada lagi yang bisa dilakukan.

3. Emotional eating sering menyebabkan makan tanpa berpikir

Sebelum Anda menyadarinya, karena dorongan emosional, Anda telah makan sekantong penuh keripik atau satu kotak es krim tanpa benar-benar memperhatikan atau menikmati sepenuhnya. Sedangkan saat Anda lapar fisik, ada panggilan rasa lapar sebelum merespons dan biasanya lebih sadar akan apa yang Anda lakukan.

4. Rasa lapar emosional tidak terpuaskan meski sudah kenyang

Karena emosi, Anda terus menginginkan lebih dan lebih. Seringnya lapar emosional akan berhenti sampai perut terasa tidak nyaman. Di sisi lain, kelaparan fisik akan terpenuhi dan Anda akan merasa puas ketika perut Anda kenyang.

5. Emotional eating tidak terletak di perut

Rasa lapar fisik cukup familiar, perut akan terasa keroncongan atau sakit di perut sehingga membutuhkan asupan makanan atas panggilan alami tubuh. Tetapi pada saat mengalami emotional eating, Anda merasa lapar sebagai keinginan yang tidak biasa dan panggilan menggema di kepala.

Kelima perbedaan di atas, bisa Anda amati setiap kali mendapatkan dorongan makan. Cobalah untuk mengenali panggilan alami perut sehingga tidak menyesal ataupun merasa bersalah karena mengikuti dorongan emosi untuk makan.