Kenali Gejala Putus Kafein, Alasan Mengapa Coffee Addict Sulit Berhenti Minum Kopi
Ilustrasi coffee addict (Unsplash/Mike Kenneally)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Mengonsumsi kopi terus menerus atau secara berlebihan bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Kandungan kafein yang terdapat dalam kopi juga dapat menimbulkan efek ketergantungan. Para Anda pecandu kopi atau coffee addict pastinya cukup sulit untuk berhenti minum kopi. Ketika menyetop konsumsi kopi, Anda akan merasakan gejala putus kafein. 

Bagi para coffee addict, minum kopi sudah seperti menjadi kewajiban setiap harinya. Ketika melewati satu hari tanpa ngopi, biasanya pecandu kopi akan merasakan gelisah, hilang mood, hingga sakit kepala. Jika Anda mengalaminya, maka bisa jadi itu gejala putus kafein. 

Menghilangkan kebiasaan secara mendadak memang tidaklah mudah. Seperti satu hari saja Anda tidak menggunakan ponsel atau mengakses sosial media. Pasti Anda akan merasakan gejala-gejala yang membuat tidak nyaman atau gelisah. Begitupun ketika seorang pecandu kopi memutuskan untuk berhenti minum kopi.

Apa Itu Gejala Putus Kafeini?

Putus kafein atau caffein withdrawal adalah efek samping dari ketergantungan terhadap kafein. Gejala putus kafein akan muncul ketika seseorang berhenti minum kopi secara mendadak atau tiba-tiba. 

Jadi sangat wajar jika seorang pecandu kopi kesulitan untuk berhenti minum kopi dalam suatu waktu sekaligus. Kandungan kafein dalam takaran 100 miligram (mg) per hari saja bisa menyebabkan peminumnya ketergantungan kafein. Saat tubuh sudah ketergantungan, maka tubuh akan merasakan gejala atau efek tertentu ketika berhenti mengonsumsi kafein. 

American Psychiatric Association (APA) bahkan menggolongkan putus kafein sebagai salah satu gangguan mental. Saat mengalami gejala putus kafein, Anda mungkin masih bisa menjalani aktivitas sehari-hari. Namun biasanya Anda akan merasa kesulitan fokus dan terus kepikiran ingin meneguk segelas kopi. 

Gejala Putus Kafein

Ada sejumlah gejala putus kafein yang akan Anda rasakan ketika memutuskan berhenti dari kebiasaan minum kopi. Kondisi ini terjadi karena kafein menyebabkan perubahan pada kadar zat kimia yang berperan mengirim sinyal informasi dalam otak. Zat-zat tersebut yaitu serotonin, asetilkolin, dan norepinefrin. 

Saat Anda berhenti mengonsumsi kafein, maka akan terjadi perubahan pada keseimbangan zat kimia dalam otak. Kondisi inilah kemudian memunculkan gejala putus kafein. Efek samping yang paling kerap dikeluhkan adalah menurunnya konsentrasi saat tidak minum kopi. 

Selain itu, ada beberapa gejala lain yang biasa muncul ketika seorang pecandu kopi berhenti mengonsumsi kopi. Berikut gejala-gejala yang dirasakan. 

  • Sakit kepala
  • lemas
  • mudah mengantuk
  • bad mood
  • depresi
  • mual
  • mudah grogi
  • nyeri otot
  • nggak enak badan, seperti flu
  • sembelit atau susah buang air besar

Cara Mengatasi Gejala Putus Kafein

Berhenti dari kebiasaan lama memang tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba atau langsung. Sebagaimana berhenti minum kopi, seorang coffee addict perlu menghilangkan kebiasaan tersebut secara perlahan atau berangsur. 

Berikut sejumlah tips berhenti minum kopi bagi Anda pecandu kopi agar tidak tersiksa oleh gejala putus kafein. 

  • Mengurangi porsi minum kopi secara berangsur setiap harinya. Jangan langsung berhenti mendadak. Lakukan pengurangan minum kopi sedikit demi sedikit. 
  • Perbanyak minum air putih untuk menetralisir tubuh.
  • Ganti minuman berkafein dengan yang lebih rendah kadar kafeinnya. Misalnya jika Anda sering minum kopi, maka bisa menggantinya dengan minum teh. 
  • Lakukan olahraga secara rutin sebagai pengganti stimulan bagi otak.
  • Terapkan tidur yang cukup untuk mengurangi rasa kantuk dan lelah. 

Demikianlah ulasan mengenai gejala putus kafein dan cara mengatasinya. Berhenti dari kebiasaan minum kopi memang tantangan yang berat bagi pecandu kopi. Namun Anda bisa mencapai target tersebut dengan mengurangi minum kopi secara perlahan. 

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.