Mengenal Gejala Mononucleosis, Infeksi Virus Melalui Air Liur yang Bisa Dicegah dengan Cara Ini
Ilustrasi mengenal gejala mononucleosis yang menyebar lewat air liur (Freepik)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Infectious mononucleosis adalah infeksi virus yang biasanya menyebar melalui air liur. Infeksi ini, familiar disebut mono, yang dapat menyerang orang dari segala usia tetapi paling sering dialami remaja dan dewasa muda. Virus ini sangat menular, terkadang disebut kissing disease yang dikenali lewat gejala tertentu.

Gejala terinfeksi mononucleosis, antara lain termasuk merasakan kelelahan, demam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan sakit tenggorokan. Mono, didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan tes darah. Untuk kasus yang lebih serius membutuhkan obat untuk perawatan. Tetapi pada umumnya membutuhkan istirahat cukup saja untuk mengatasi infeksi virus ini.

gejala mononucleosis yang menyebar lewat air liur
Ilustrasi mengenal gejala mononucleosis yang menyebar lewat air liur (Freepik)

Gegala infeksi mononucleosis berlangsung selama 4-6 minggu setelah terpapar virus Epstein-Barr (EBV). Gejala berkisar dari ringan hingga berat meskipun banyak orang yang terinfeksi EBV tidak memiliki gejala terutama anak kecil. Gejala kemudian berkembang selama 2-3 minggu. Tetapi kelelahan bisa bertahan selama berbulan-bulan setelah infeksi. Gejala paling dikenali, antara lain sebagai berikut:

  • Kelelahan ekstrim
  • Demam
  • Sakit tenggorokan
  • Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher dan ketiak

Beberapa gejala yang kurang umum mungkin juga dialami. Seperti pembengkakan limpa atau hati, ruam, sakit kepala, pegal-pegal, dan kehilangan selera makan.

gejala mononucleosis yang menyebar lewat air iur
Ilustrasi mengenal gejala mononucleosis yang menyebar lewat air liur (Freepik/cookie_studio)

Penyebab infeksi virus yang disebut mononucleosis ini, karena virus sejenis herpes yang dialami setelah kontak dengan orang yang terinfeksi. Kontak bisa karena berciuman, berbagi peralatan, dan kontak seksual. Dilansir Health, Jumat, 5 Mei, begitu virus memasuki tubuh, ia menginfeksi dan mengubah sel darah putih limfosit B sehingga menyebabkannya membelah dan berkembang biak dengan cepat. Sistem kekebalan kemudian menghasilkan limfosit T dan sel kekebalan lain untuk melawan limfosit B yang terinfeksi EBV lalu menyebabkan gejala mononucleosis.

Pada usia 30, sekitar 90% populasi dunia memiliki antibodi EBV, yang berarti mereka pernah mengalami infeksi. Setelah terinfeksi, EBV tetap berada di dalam tubuh seumur hidup tetapi tidak menyebabkan masalah jangka panjang bagi kebanyakan orang. Baiknya, tidak semua orang yang terpapar EBV akan mengembangkan mono. Faktor risiko tertentu, dapat meningkatkan kemungkinan mengembangkannya. Diantaranya usia remaja hingga dewasa antara 15-24, tinggal di tempat yang ramai, berbagi barang pribadi, status sosial ekonomi rendah, sistem kekebalan tubuh melemah, dan memiliki banyak pasangan seks.

Untuk langkah pencegahan mononucleosis, karena tidak ada vaksin, cara pencegahannya dengan menghindari berciuman dengan seseorang yang mengidap mononucleosis sampai mereka sembuh total. Selain itu, penting mempraktikkan kebersihan yang baik, sering mencuci tangan dengan sabun dan air, terutama setelah kontak dengan orang yang sakit.