Cap Go Meh, Tradisi Penutupan Imlek yang Identik dengan Kue Keranjang dan Lampion
Lampion (Min/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA -  Tahun Baru Imlek kali ini jatuh pada Jumat, 12 Februari 2021. Biasanya, warga Tionghoa melakukan persembahyangan serta menjalankan tradisi turun temurun yang dipercaya dapat membawa keberkahan sepanjang tahun.

Selesai merayakan Imlek, lebih tepat 15 hari setelahnya, warga Tionghoa akan kembali berkumpul bersama keluarga untuk menyambut Cap Go Meh. Cap Go meh merupakan hari penutupan Imlek. 

Istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkian yang jika diterjemahkan secara harfiah artinya 15 malam atau hari setelah Imlek. Bila diartikan per kata, Cap artinya sepuluh, Go adalah lima, dan Meh yaitu malam.

Selain di Indonesia, Perayaan Cap Go Meh atau Perayaan Lampion ini turut di selebrasi oleh negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Di Tiongkok, Festival Cap Go Meh dikenal dengan nama Festival Yuanxiao atau Festival Shangyuan. 

Ini merupakan perayaan yang dilakukan untuk menghormati Dewa Thai Yi. Dewa Thai Yi dianggap sebagai dewa tertinggi di langit pada masa pemerintahan Dinasti Han (206 SM-221 M).

Dulunya, Cap Go Meh hanya dilakukan secara khusus untuk kalangan istana dan tidak diperuntukkan bagi masyarakat biasa. Festival ini dilakukan pada malam hari dan sangat identik dengan upacara pelepasan lentera atau lampion ke udara. 

Ritual ini diyakini sebagai simbol untuk melepas nasib lalu yang buruk dan menyambut nasib baik di masa mendatang. Perayaan ini pun akhirnya mulai dikenal secara luas oleh masyarakat setelah masa pemerintahan Dinasti Han Berakhir.

Berbeda dengan Imlek yang diselebrasi dengan cara mendatangi Kelenteng atau Wihara untuk memanjatkan doa, saat Cap Go Meh masyarakat Tionghoa bertandang ke Kelenteng sambil membawa persembahan berupa Kue Keranjang dan melakukan sembahyang untuk mengucap syukur dan meminta keselamatan.

Lalu, dilanjutkan dengan menyaksikan atraksi Barongsai dan Liong pada siang harinya. Atraksi Barongsai harus dilakukan sambil membunyikan petasan. Sebab, petasan dipercaya bisa mengusir energi negatif dan akan membersihkan seluruh lokasi yang dilalui Barongsai. 

Barongsai adalah simbol kebahagiaan, kegembiraan, dan kesejahteraan. Sedangkan Liong atau naga dianggap sebagai simbol kekuasaan atau kekuatan. Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, keluarga akan jadi sangat besar jika anak mereka lahir di Tahun Naga.

Selanjutnya, pada malam hari ditutup dengan berkumpul di rumah bersama keluarga untuk melepas lampion atau jika ingin lebih khidmat, dapat mendatangi Kelenteng dan Wihara untuk melangsungkan prosesi pelepasan sambil dipimpin oleh Biksu atau Xue Shi (Pendeta Umat Konghucu).