Bawa Tema Kesetaraan Gender, Film Possession: Kerasukan Membawa Teror dan Misteri
Sutradara Robby Ertanto (Puput Puji/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Falcon Black siap menayangkan film Possession: Kerasukan pada 8 Mei nanti. film ini merupakan remake resmi dari film box office Perancis dengan judul Possession arahan sutradara Andrzej Żuławski. Film ini siap membawa para penonton menyelami atmosfer mencekam dan penuh misteri yang akan membuat bulu kuduk berdiri.

Robby Ertanto yang dipercaya menahkodai film ini, mengaku langsung menerima saat pertama kali ditawari film ini. "Waktu Falcon Black menawari saya untuk menyutradarai film ini, saya langsung menerima. Karena waktu saya kuliah, film ini menjadi tontonan wajib untuk mahasiswa. Makanya saya langsung menerima tawarannya," katanya saat gala premiere di Plaza Indonesia, Jumat, 4 Mei.

Penulis skenario Lele Laila mengaku sempat menemukan kesulitan saat menulis skenario film ini. "Kendalanya meintreprestasi dan mentranformasi film Possession aslinya versi Indonesianya. Perlu pendekatan lebih, apalagi di Indonesia marketnya apakah akan cukup mengertikah, nah itulah kendala yang cukup susah. Tapi, setelah kita menemukan pesannya mau apa, aku enjoy sih menulisnya," ungkapnya.

Possession: Kerasukan dibintangi oleh aktor dan aktris ternama Indonesia, seperti Darius Sinathrya, Carissa Perusset, Sara Fajira, Ferry Salim, Nugie, dan Arswendy Bening. Film ini disutradarai oleh Robby Ertanto dan skenarionya ditulis oleh Lele Laila.

Film Possession: Kerasukan menceritakan kisah tentang Faris (Darius Sinathrya), seorang suami yang baru kembali dari tugas ketentaraan selama berbulan-bulan, dan mendapati permintaan cerai dari sang istri, Ratna (Carissa Perusset). Merasa curiga, Faris mulai menyelidiki alasan di balik permintaan cerai tersebut dan menemukan kenyataan yang jauh lebih mengerikan daripada yang dia bayangkan.

Possession: Kerasukan tidak hanya menyajikan adegan-adegan horor yang menegangkan dan bukan hanya tentang jumpscare dan efek visual yang mengerikan. Film ini menggali lebih dalam ke dalam teror psikologis dan ketakutan terdalam manusia, seperti rasa kehilangan, trauma masa lalu, dan keraguan terhadap orang-orang terdekat. 

Film ini akan membuat para penonton terpaku pada layar dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Selain itu, tema kesetaraan gender juga melekat sepanjang film.