JAKARTA - Influencer di media sosial biasanya memiliki pengaruh besar untuk mempromosikan tempat berlibur. Namun, belum lama ini muncul tren wisata di mana orang-orang memilih tidak mengunjungi destinasi wisata yang dipromosikan oleh influencer.
Dikutip dari The Mirror, tren tersebut muncul karena ada anggapan bahwa promosi yang dilakukan oleh influencer membuat sebuah destinasi wisata menjadi overtourism. CEO jejaring sosial Asmallworld, Jan Luescher, mengatakan bahwa para wisatawan akhirnya menghindari destinasi yang dipromosikan influencer untuk menghindari tempat tersebut yang terlalu ramai.
“Destinasi wisata yang sudah mapan menjadi viral di berbagai platform media sosial. Kemudian terus diromantisasi oleh para influencer, sehingga mendorong lebih banyak orang yang berkunjung. Generasi Z, pengguna utama platform ini cenderung muncul dalam jumlah besar,” kata Jan Luescher, dikutip pada Selasa, 11 Februari 2025.
Salah satu contoh destinasi yang viral berkat para influencer adalah Santorini di Yunani. Pada tahun 2013, saat Instagram pertama kali mendapatkan banyak pengikut, jumlah pengunjung mulai meningkat tajam di Santorini hingga mencapai total 3,4 juta wisatawan.
Angka tersebut bahkan melebihi jumlah penduduk tetap di Santorini yang hanya berjumlah sekitar 20 ribu orang. Sejak itu, Santorini juga dikenal sebagai ‘Pulau Instagram’ di Yunani, dengan 8 juta unggahan yang diberi tagar #santorini di platform tersebut.
Pulau Santorini kini tiap waktu dibanjiri oleh pengunjung dan akhirnya diberlakkan pembatasan pengunjung tahun ini. Pada umumnya, kalangan yang banyak mengunjungi destinasi wisata yang dipromosikan influencer adalah generasi Z atau gen Z.
BACA JUGA:
Dengan alasan tersebut, para wisatawan memilih untuk mengunjungi tempat yang belum diketahui banyak orang, yang memberikan mereka ruang lebih luas untuk melakukan banyak hal, termasuk mengabadikan foto. Ini cenderung dilakukan oleh generasi milenial, X, hingga gen Z yang penuh pertimbangan.
“Para wisatawqan mencari perjalanan yang lebih personal, yang berbeda dari rencana perjalanan yang dapat diprediksi dan penuh dengan peluang foto yang dibentuk di media sosial,” tuturnya.
“Khususnya generasi milenial dan X, dan bahkan beberapa gen Z yang cerdas, untuk secara aktif menghindari destinasi yang disebarkan oleh para influencer di seluruh platform media sosial,” tambahnya.