PSSI Hentikan Seluruh Kompetisi Sepak bola di Indonesia dalam Memori Hari Ini, 2 Mei 2015
Suasana Kongres Luar Biasa PSSI, 18 April 2015 di Surabaya. (Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, sembilan tahun lalu, 2 Mei 2015, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menghentikan seluruh kompetisi sepak bola di Indonesia. Keputusan itu diambil menyusul pemerintah Indonesia ikut campur dalam urusan PSSI.

Sebelumnya, polemik PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bermula dari urusan administrasi klub. PSSI dianggap melakukan pelanggaran dengan mengikutsertakan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya dalam kompertisi. Padahal, kedua klub terlilit masalah dualisme pengurusan.

Industri sepak bola Indonesia pernah diuji. Ujian itu datang dari intervensi Kemenpora terhadap PSSI. Kemenpora menganggap PSSI melakukan pelanggaran serius karena menolak hasil rekomendasi Badan Olahraga Profesional (BOPI).

Isi rekomendasi itu melarang keikutsertaan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya dalam liga sepak bola. BOPI beranggapan kedua klub itu tak lolos karena masalah dualisme kepengurusan. PSSI pun ambil sikap. Mereka justru memberikan kesempatan kepada kedua klub bola bermain.

La Nyalla Mattalitti yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PSSI era 2015-2016. (Antara)

Rekomendasi BOPI dianggap angin saja. Justru itu kemudian jadi muara masalah. Kemenpora ambil sikap. Alibi memperbaiki kompetisi sepak bola Indonesia digunakan. Kemenpora pun mengambil tindakan yang lebih jauh.

Mereka melayangkan peringatan dua kali. Hasilnya nihil. PSSI tak menanggapi. Masalah pun muncul. Kemenpora kemudian ambil tindakan besar. Mereka membekukan PSSI pada April 2015. Pembekuan itu dilakukan saat PSSI sedang menggelar Kongres Luar Biasa di Surabaya.

Langkah pembekuan pun disambut dengan kecaman. Tindakan itu dianggap tak dapat dibenarkan. PSSI adalah anggota asosiasi Sepak Bola Dunia, FIFA. Artinya pemerintah tak harus ikut campur. Tindakan Kemenpora nantinya dapat berujung lahirnya sanksi kepada sepak bola Indonesia dari FIFA.

Hasilnya, gara-gara Kemenpora seluruh kompetisi tak dapat berjalan. Pun keikutsertaan Indonesia dapat hajatan internasional jadi terganggu. Kemenpora nyatanya tak mempertimbangkan itu.

Kompetisi Liga Indonesia 2015 antara Arema Cronus vs Persija Jakarta di Stadion Kanjuruhan, Malang, (28/11). (Antara/Ari Bowo Sucipto)

"Saya tidak yakin itu. Dan saya kira ini saat yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk melakukan persiapan lebih serius lagi menata prestasi sepak bola kita," ucap Menpora, Imam Nahrawi sebagaimana dikutip laman BBC, 21 April 2015.

Pembekuan PSS pun berdampak besar bagi sepak bola Indonesia. PSSI pun terpaksa mengambil keputusan sulit. PSSI memutuskan untuk menghentikan seluruh kompetisi sepak bola di Indonesia pada 2 Mei 2015.

Keputusan itu diambil PSSI karena kondisi force majeure. Alias, tidak ada lagi yang bisa dijalankan PSSI karena negara tak melayaninya. Imbasnya kemudian dapat ditebak. Sanksi dari FIFA dengan membekukan Sepak bola Indonesia menyusul.

"PSSI memutuskan untuk menghentikan kompetisi karena kondisi force majeure. Keputusan ini mengikat, tidak hanya untuk PT Liga Indonesia, tetapi seluruh klub dan stakeholder sepak bola Indonesia."

"Ini terjadi di luar kehendak PSSI. Keadaan force majeure mengakibatkan tidak ada yang bisa dijalankan PSSI oleh karena negara tidak melayaninya. Dengan demikian seluruh kompetisi kami nyatakan berhenti," terang ungkap Wakil Ketua Umum PSSI, Hinca Panjaitan sebagaimana dikutip laman Kompas.com, 2 Mei 2015.