Tiga Lagu Jagoan Didi Kempot yang Punya Keistimewaan Tersendiri
Didi Kempot (Diah Ayu Wardani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Julukan "God Father of Broken Heart" yang tersemat kepada musisi tradisional Didi Kempot memang tak main-main. Kini, tembang lagu-lagu yang kebanyakan bertema patah hati kembali digandrungi oleh masyarakat. 

Bahkan, kian banyak anak muda yang menggemari karya musisi yang sudah malang melintang di belantika musik Indoneisa selama 30 tahun tersebut. Beberapa dari mereka tentu tidak mengerti lirik lagu berbahasa Jawa yang dinyanyikan. Namun, entah kenapa, emosi bercampur suara merdu Didi saat menyanyikan lagu-lagunya, ngena begitu saja. 

Ada tiga lagu yang jadi jagoan Didi ketika menyanyikan tembang campur sari tersebut, yakni Pamer Bojo, Cidro, dan Stasiun Balapan. Ketiga lagu tersebut berlirik sendu, namun patut didengar sambil bergoyang berkat alunan musik kendangnya. Bahkan, lagu andalan ini memiliki keistimewaan masing-masing. 

Pamer Bojo bercerita tentang patah hati seseorang ketika melihat mantan kekasihnya lebih memilih orang lain sebagai tambatan hatinya. Uniknya, Didi kerap menyematkan jargon "cendol dawet" ketika menyanyikan lagu ini dalam konsernya. 

"Sekarang, Pamer Bojo adalah lagu yang paling disenangi anak muda," ucap penyanyi asal Solo tersebut saat ditemui di kawasan Jakarta Timur, Selasa, 10 Maret. 

Sementara, Cidro berkisah tentang ungkapan patah hati saat dikhianati seorang kekasih yang dulu sempat berjanji akan terus bersama. Diakui Didi, Cidro merupakan lagu yang membawa pengalaman paling menyenangkan dalam hidupnya. 

Cidro diluncurkan tahun 1989. Saat tahun-tahun pertama, lagu ini tak begitu populer. Sampai pada tahun 1993, ada warga asal Suriname, Amerika Selatan, datang ke Indonesia. 

Sang turis jatuh hati ketika mendengar lagu Cidro. Sampai akhirnya, Didi menjadi terkenal di negeri asing tersebut berkat lagu Cidro yang dibawa turis tersebut ke negara domisilinya, Belanda. Bahkan, lagunya diputar di salah satu radio bangsa Jawa di Amsterdam. 

"Tahun 1993, saya mondar-mandir Jakarta, Belanda, dan Suriname. Itu sangat menyenangkan sekali. Enggak menyangka, pengamen jalanan bisa menulis lagu dan diterima di benua Eropa dan Amerika," kenang Didi merekahkan senyum. 

Berikutnya, lagu Stasiun Balapan. Lagu ini menggambarkan seseorang yang mengantarkan kekasihnya untuk pergi di Stasiun Balapan, Solo, Jawa Tengah. Sang kekasih berjanji akan terus memberi kabar dan lekas pulang. Namun, janji tersebut ternyata diingkari.

Lagu ini merupakan karpet merah yang mengantar Didi menjadi musisi terkenal setelah beberapa tahun dirinya mengadu nasib di Jakarta. 

Sebenarnya, Didi telah memulai karier sebagai penyanyi jalanan di Ibu Kota sejak 1987. Sehari-hari, ia berkumpul bersama teman-teman pengamen sampai memiliki julukan "Kelompok Penyanyi Trotoar" dan disingkat menjadi "Kempot". 

Selang beberapa tahun, Didi ditawari rekaman oleh label musik Musica Studio's. Album pertama keluar, Didi belum begitu tenar. Sampai akhirnya, lagu Stasiun Balapan yang dikeluarkan pada tahun 1999 meledak di pasaran. 

"Lagu yang bisa memunculkan Didi Kempot di stasiun televisi adalah Stasiun Balapan. Alhamdulillah, saat itu saya dikenal publik sebagai penyanyi tradisional."

Didi Kempot

Sebagai informasi, pria yang memiliki nama asli Dionisius Prasetyo telah berkarier di dunia musik tradisional selama 30 tahun per tahun ini. Fansnya kian merebak, mulai dari orang tua hingga anak-anak muda. Penggemar Didi diberi julukan "Sobat Ambyar", yang terbagi menjadi Sad Boys dan Sad Girls

Dalam waktu dekat, Didi bakal merayakan konser memperingati 30 tahun perjalanannya sebagai musisi tradisional. Konser akbar ini bakal digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 10 Juli 2020. 

Didi akan mengusung tema konser yang sangat melekat dengan para fans ketika mendengarkan lagu-lagu yang ditembang oleh Godfather of Broken Heart ini, yakni "Ambyar Tak Jogeti". Jika diartikan, maknanya adalah menghadapi situasi patah hati dengan berjoget.

Terkait