Kemenangan Kontroversial Lionel Messi Paksa Ballon d’Or Ubah Format untuk Menentukan Pemenang
Peraih Ballon d'Or 2021, Lionel Messi. (Foto: Instagram @leomessi)

Bagikan:

JAKARTA – Format baru untuk menentukan pemenang penghargaan Ballon d’Or di sepak bola resmi diubah. Ini tidak lepas dari kemenangan kontroversi Lionel Messi pada 2021.

Pemain internasional Argentina itu memenangi trofi Ballon d’Or ketujuh dalam kariernya pada November lalu. Ia sekarang unggul dua trofi penghargaan yang paling didambakan semua pesepak bola itu dari pesaingnya, Cristiano Ronaldo.

Messi mengalahkan pemain Bayern Munchen Robert Lewandowski dan gelandang Chelsea, Jorginho. La Pulga menerima penghargaan tersebut setelah membantu Barcelona meraih piala Copa del Rey dan membawa Argentina merengkuh trofi Copa America.

Namun, kemenangan ini menimbulkan kontroversi. Banyak yang menilai, Lewandowski lebih layak untuk mendapatkan gelar itu. Atau setidaknya sosok Jorginho yang bersinar bersama Chelsea.

Kontroversi itulah yang membuat majalah France Football selaku pemegang lisensi penghargaan mengubah format untuk menentukan pemenang. Ada empat perubahan besar yang lakukan dalam format baru ini.

Perubahan tersebut akan mulai berlaku untuk penghargaan yang diberikan pada tahun ini. Dengan adanya perubahan tersebut membuat kans Messi dan Ronaldo berjaya di penghargaan itu semakin berkurang.

Berikut ini empat poin perubahaan itu:

Pertama, jika tahun-tahun sebelumnya penilaian dilakukan berdasarkan penampilan seorang pemain dalam satu tahun kalender (Januari–Desember) dan harus melihat performa pemain dalam dua separuh musim, sekarang penilaian diubah berdasarkan penampilan pemain dalam rentang satu musim antara Agustus sampai Juli.

Kedua, Ballon d’Or sekarang mengubah terkait siapa yang boleh menyusun daftar pendek. Duta Ballon d'Or Didier Drogba dan para jurnalis pilihannya mendekati hasil edisi tahun sebelumnya akan ikut dalam memilih daftar pendek kandidat pemenang. Rinciannya 30 daftar untuk pria dan 20 untuk pemain muda dan kiper.

Ketiga, perubahan jumlah negara yang boleh memilih. Jika tahun lalu, perwakilan dari 170 negara ikut serta dalam proses tersebut, mulai sekarang hanya 100 negara teratas dalam peringkat FIFA (50 teratas untuk sepak bola wanita) yang punya hak memilih.

Ini artinya memiliki pengaruh terhadap Indonesia. Indonesia yang berada di luar dari 100 negara teratas tentu tidak punya hak lagi memberikan suara untuk menentukan pemenang.

Keempat, adanya perubahan pada kriteria. Karena ini adalah penghargaan individu, pemilih diinstruksikan untuk fokus pada penampilan individu pemain daripada pencapaian kolektif. Pemain yang punya fair play dan bisa menjadi teladan, juga bakal menjadi pertimbangan dalam pemilihan.