JAKARTA - Kabar kurang mengenakkan datang dari Nissan, yang dilaporkan akan mengakhiri operasional salah satu pabriknya di China.
Dilaporkan Reuters, Senin, 28 April, pabrikan otomotif dari Jepang ini akan menghentikan operasional pabrik di Wuhan, China paling lambat pada tanggal 31 Mei 2026 mendatang.
Menurut dua sumber yang mengetahui hal ini, langkah tersebut harus diambil oleh mereka setelah tingkat operasi di pabrik yang memproduksi model seperti Ariya dan X-Trail, turun di tengah persaingan ketat dengan produsen mobil dari China lainnya.
Salah satu sumber anonim mengatakan produksi tahunan dari fasilitas yang disewa oleh Dongfeng Motor ini, baru mencapai sekitar 10.000 unit sejak operasi dimulai pada 2022 lalu.
Tentu ini menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi Nissan, yang diperkirakan mencapai 700 miliar hingga 750 miliar yen (Rp82 triliun hingga Rp87,9 triliun) karena biaya penurunan nilai untuk tahun keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Maret.
Pabrik tersebut diklaim memiliki kapasitas produksi hingga 300.000 kendaraan. Pastinya ini bukan kabar yang baik bagi merek mengingat mereka ingin memperluas model EV di pasar negeri tirai bambu.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Nissan juga mengumumkan penutupan pabrik di Changzhou, China karena masih kalah bersaing dengan pabrikan lokal dan berusaha mengoptimalkan operasionalnya pada tahun lalu.
Pabrik tersebut dioperasikan bersama dengan mitra lokal Nissan Dongfeng Motor dalam memproduksi model Qashqai dengan kapasitas tahunan sekitar 130.000 unit per tahun.
Pabrikan ini telah mengoperasikan delapan pabrik di China melalui usaha patungan dengan Dongfeng, namun mereka telah kehilangan pasar di negara tersebut karena merek lokal yang bergerak cepat dalam mengembangkan kendaraan listrik terjangkau.
Dari total total kapasitas produksi Nissan sebesar 1,6 juta kendaraan di dunia, pabrik Changzhou menyumbang sebanyak 8 persen dari keseluruhan.