Perusahaan Media Sosial Keranjingan Bikin Fitur <i>Story</i> ala Snapchat
Ilustrasi (Photo by Georgia de Lotz on Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Jika kalian pengguna media sosial aktif tentu menyadari, jika setiap platform memiliki satu kesamaan fitur. Bahkan tak jarang platform medsos lainnya mulai ikut menambahkan fitur tersebut. Ya fitur yang dimaksud adalah "Stories".

Bahkan sejak Instagram Stories diluncurkan, media sosial lainnya seperti WhatsApp, Facebook, hingga YouTube mulai ikut menambahkan format tersebut ke platform-nya.

Namun, taukah Anda bahwa fitur stories pertama kali bukan dimiliki oleh Instagram. Sejatinya, tren stories pertama kali diperkenalkan oleh Snapchat pada tahun 2013.

Pada saat itu Snapchat menjadi media sosial dengan ciri khas yang berbeda dari media sosial lain. Jika Facebook menjadi tempat bertemu keluarga dan kerabat jauh, Instagram untuk membagikan foto-foto, sedangkan Twitter biasanya dipakai untuk menyalurkan pendapat.

Snapchat justru hadir sebagai media sosial untuk berbagi gambar foto dan video yang hanya bertahan selama 24 jam, setelah diunggah oleh penggunanya. Kemudian pada Oktober 2013, Snapchat menggulirkan update dengan memakai kata "Story" untuk fitur terbarunya itu. 

Fitur tersebut dinilai lebih menarik oleh banyak pengguna media sosial saat itu. Bahkan menurut data Socially Sorted, setahun setelah berjalan, Snapchat mampu menarik 10 juta pengguna aktif yang sebagian besar adalah remaja.

Ilustrasi (bangalorebuzz.in)

Instagram Kemudian Menggerus Pasar Snapchat

Sayangnya kepopuleran Story di Snapchat harus tergerus oleh Instagram. Di mana pada 2016, Instagram menghadirkan fitur yang mirip dengan Snapchat, bahkan memiliki penamaan yang terdengar sama. 

Kendati banyak mendapat cibiran, nyatanya Instagram sukses menggaet pengguna media sosial ke platform-nya. Berdasarkan data yang dilansir Reuters pada Februari 2020 lalu, Snap Inc yang merupakan induk Snapchat melaporkan sahamnya turun 10 persen. 

Instagram pun sempat angkat bicara terkait fiturnya yang meng-copy Snapchat. Menurutnya, dengan kehadiran stories diharapkan pengguna bisa lebih spontan dan bisa membagikan keseharian mereka yang sesungguhnya.

“Masalah terbesar yang dialami pengguna Instagram adalah perasaan tertekan untuk membagikan foto yang menakjubkan. Padahal sebenarnya mereka ingin membagikan banyak hal tapi tidak ingin menggantungnya di dinding galeri,” ungkap co-founder Instagram, Kevin Systrom.

Semua Mengikuti Jejak Story

Kini hampir semua platform media sosial, mulai dari WhatsApp, Facebook, YouTube, Line, TikTok hingga LinkedIn telah menyematkan format "Story". Nyatanya semua fitur yang dihadirkan memiliki format yang sama untuk membagikan kisah dalam gambar maupun video dengan durasi tak sampai 24 jam saja.

Yang membedakan hanya format dan filter dari aplikasi dalam membuat "Story" di masing-masing platform. Misalnya, LinkedIn yang pada dasarnya merupakan situs medsos khusus bagi kalangan profesional, maka fitur Story yang disematkannya tak akan disesuaikan dengan lingkup pekerjaan masing-masing pengguna.

Terbaru adalah Twitter, yang meluncurkan fitur bernama Fleets. Dengan penampakan dan format yang bisa dibilang sama seperti "Stories" di media sosial lainnya. 

Di mana pengguna bisa berbagi foto, video, atau konten lainnya dengan durasi tayang 24 jam seperti stories pada umumnya. Tak hanya Fleets, Twitter juga mengkonfirmasi sedang menguji coba fitur lainnya bernama "Audio Spaces", yang memungkinkan pengguna membuat ruang obrolan dengan beberapa pengguna lain dalam satu grup.

"Kami juga (Twitter) tertarik untuk menjajaki dan melihat bagaimana platform lain dapat mengembangkan konten audio ini," kata Kayvon Beykpour, Product Lead Twitter.