Catat! Fenomena Langit yang Tak Boleh Dilewatkan Sepanjang 2021
Ilustrasi hujan meteor (dok. Nasa)

Bagikan:

JAKARTA - Tahun telah berganti, tapi fenomena langit akan selalu dinanti. Jika di tahun sebelumnya, kita menyaksikan pemandangan mengagumkan dari konjungsi Planet Jupiter dan Saturnus hingga supermoon.

Tentunya fenomena langit di tahun 2021, juga tak kalah menarik. Khusus untuk periode bulan Januari 2021 ini, setidaknya akan ada sekitar tujuh asteroid yang akan melintas dekat bumi dan tiga di antaranya akan menghiasi langit Indonesia.

1. Asteroid 2003 AF23 

Asteroid pertama dijuluki oleh NASA adalah Asteroid 2003 AF23. Benda langit ini telah mendekati Bumi pada Minggu 3 Januari esok hari. Seperti namanya, asteroid ini ditemukan pertama kali pada 2003 lalu dan memiliki diameter 235 meter.

Uniknya, asteroid ini memiliki tinggi setara Jembatan Golden Gate, dan tergolong ke dalam asteroid dekat Bumi kelas Aten, sehingga ia memiliki orbit yang dapat bersinggungan dengan orbit Bumi. AF23 akan lewat di dekat Bumi dalam jarak 18,3 kali lipat, atau jarak rata-rata Bumi-Bulan atau setara 7 juta kilometer.

2. Asteroid 2008 AF4 dan Asteroid 2026 CO247 (6 Januari)

Adapula, Asteroid 2008 AF4 dan Asteroid 2016 CO247. Kedua asteroid tersebut nantinya akan menyusul Asteroid 2003 AF23 yang mengintip Bumi pada Rabu, 6 Januari 2021 mendatang.

Diketahui, Asteroid 2008 AF4 akan lewat dekat Bumi dalam jarak 9,6 kali lipat jarak rata-rata Bumi-Bulan atau setara 3,7 juta kilometer. Asteroid 2008 AF4 ini ditemukan pada 2008, dan memiliki diameter 408 meter juga tergolong asteroid kelas Apollo sehingga memiliki orbit yang bisa bersinggungan dengan orbit Bumi.

Sedangkan, Asteroid 2016 CO247 ditemukan pada 2016 dan memiliki diameter 282 meter, tergolong sebagai asteroid dekat Bumi kelas Apollo. Menurut laporan, asteroid ini akan melewati Bumi dalam jarak 19,3 kali lipat, sekira jarak rata-rata Bumi-Bulan atau setara 7,4 juta kilometer.

3. Asteroid 2015 NU13 (9 Januari)

Kemudian Asteroid 2015 NU13 yang ditemukan pada 2013 akan melewati Bumi dalam jarak 14,8 kali lipat, jarak rata-rata Bumi-Bulan yang setara 5,7 juta kilometer pada Sabtu 9 Januari mendatang.

Asteroid 2015 NU13 tersebut serupa dengan Asteroid 2008 AF4 yang sama-sama memiliki diameter 408 meter dan tergolong asteroid dekat-Bumi kelas Apollo.

4. Asteroid 65717 / 1993 BX3 (17 Januari)

Selanjutnya, Asteroid 65717 (1993 BX3) yang ditemukan pada 1993, memiliki diameter 246 meter dan tergolong asteroid dekat-bumi kelas Apollo, sehingga memiliki orbit yang bisa bersinggungan dengan orbit Bumi, dan akan melewati Bumi dalam jarak 18,5 kali lipat jarak rata-rata Bumi-Bulan atau setara 7,1 juta kilometer.

5. Asteroid 2020 PP (23 Januari)

Pada Sabtu 23 Januari, terdapat Asteroid 2020 PP akan lewat di dekat Bumi dalam jarak 18,2 kali lipat jarak rata-rata Bumi-Bulan yang setara 7 juta kilometer.

Seperti namanya, Asteroid 2020 PP ditemukan pada 2020, memiliki diameter 218 meter dan tergolong asteroid dekat-bumi kelas Apollo sehingga memiliki orbit yang bisa bersinggungan dengan orbit Bumi.

6. Asteroid 468727 / 2010 JE87 (25 Januari)

Terakhir di Senin, 25 Januari, fenomena langit dari Asteroid 468727 (2010 JE87) ini akan lewat di dekat Bumi dalam jarak 15,8 kali lipat jarak rata-rata Bumi-Bulan atau setara 6,1 juta kilometer.

Diketahui, Asteroid 468727 (2010 JE87) ditemukan pada 2010, memiliki diameter 257 meter dan tergolong asteroid dekat-bumi kelas Aten.

Meski termasuk asteroid yang dekat dengan Bumi, tetapi semua asteroid ini tak berpotensi untuk bertabrakan dengan Bumi, setidaknya hingga satu abad ke depan.

Hujan Meteor 

1. Puncak Hujan Meteor Quadrantids (3 hingga 4 Januari)

Kedua, penampakan puncak hujan meteor Quadrantids juga tak kalah menakjubkan. Fenomena ini akan terjadi pada 3 hingga 4 Januari yang merupakan hujan meteor dan terkenal memiliki intensitas besar yaitu lebih dari 100 meteor per jam.

Meteor-meteor Quadrantid seakan-akan berasal dari rasi kuno Quadrant Muralis, yang kini menjadi bagian rasi Bootes. Pertama kali terlihat pada 1825, mereka berasal dari asteroid kecil 1003 EH1, yang ditemukan oleh Lowell Observatory Near-Earth Object Search pada Maret 2003.

Tampaknya, meteor ini memancar dari konstelasi yang disebut "Quadrans Muralis," yang sudah tidak ada lagi. Namun, konstelasi tersebut bukanlah sumber meteor yang sebenarnya.

Menurut American Meteor Society, hujan deras meteor tersebut berpotensi menjadi salah satu hujan terkuat tahun ini, bersama dengan Perseids dan Geminid. Sayangnya, aktivitas hujan ini hanya berlangsung selama enam jam saja, karena, "Alasan mengapa puncaknya begitu pendek adalah karena aliran partikel yang tipis dan fakta bahwa Bumi melintasi aliran pada sudut tegak lurus," ungkap NASA.

Menurut NASA, Quadrantid disebut sebagai salah satu "hujan meteor tahunan terbaik." Quadrantids kembali setiap tahun antara 28 Desember dan 12 Januari. Namun, setelah Quadrantids, hujan meteor lagi tidak akan terjadi selama lebih dari tiga bulan, ketika Lyrids dan Eta Aquariids kembali pada April mendatang.

2. Lyrids (14 April hingga 30 April)

Pertama kali meteor ini ditemukan oleh astronom asal China. Ia menemukan semburan cahaya ini lebih dari 2.700 tahun yang lalu.

Mereka berkobar di langit dengan kecepatan sekitar 107.000 mil per jam dan meledak sekitar 55 mil di atmosfer planet. Pancuran ini berasal dari Comet Thatcher, yang mengelilingi ?atahari setiap 415 tahun. Perjalanan terakhirnya pada tahun 1861 dan pertemuan berikutnya di dekat Matahari adalah pada tahun 2276.

3. Eta Aquariids (19 April hingga 28 Mei, puncaknya sekitar 4 hingga 5 Mei)

Hujan meteor Eta Aquariids, juga kadang dikenal sebagai salah satu dari dua hujan meteor dari komet Halley. Sedangkan, hujan adiknya Orionid, akan mencapai puncaknya pada bulan Oktober.

Bintik-bintik dari Eta Aquariids melesat di langit dengan kecepatan sekitar 148.000 mil per jam, menjadikannya salah satu hujan meteor tercepat. Tampilannya lebih baik dilihat dari belahan Bumi selatan, di mana orang biasanya menikmati antara 20 dan 30 meteor per jam selama puncaknya.

4. Delta Aquariids (12 Juli hingga 23 Agustus, puncaknya sekitar 28 hingga 29 Juli)

Mereka berasal dari Komet 96P Machholz, yang melintasi Matahari setiap lima tahun. Meteor-meteornya, yang jumlahnya antara 10 dan 20 per jam, paling terlihat sebelum fajar, antara jam 2 pagi dan 3 pagi. Hujan meteor ini dapat terlihat jelas dari belahan Bumi selatan.

5. Perseids (17 Juli hingga 24 Agustus, puncaknya sekitar 11 hingga 12 Agustus)

Perseids menerangi langit malam hari ketika Bumi berjalan di dekat puing kosmik yang ditinggalkan oleh Komet Swift-Tuttle. Perseids memiliki lebar 17 mil dan membutuhkan waktu sekitar 133 tahun untuk mengorbit Matahari. Putaran terakhirnya adalah pada tahun 1992.

Biasanya, antara 160 dan 200 meteor akan tampak mempesona terlihat di atmosfer Bumi setiap jamnya selama puncaknya berlangsung. Mereka meluncur melalui atmosfer dengan kecepatan sekitar 133.000 mil per jam dan meledak sekitar 60 mil di atas langit.

6. Orionids (2 Oktober hingga 7 November, puncaknya 19 hingha 20 Oktober)

Meteor Orionids adalah ulangan hujan meteor Eta Aquariid, yang mencapai puncaknya pada bulan Mei. Keduanya berasal dari materi kosmik yang dimuntahkan dari komet Halley.

Dijuluki selebriti langit, karena meteor ini hanya mengorbit melewati Bumi setiap 76 tahun sekali, hujan akhir pekan ini akan kembali terjadi pada tahun 2061.

7. Leonids (6 hingga 30 November, puncaknya 16 hingga 17 November)

Leonids adalah salah satu hujan meteor yang paling menyilaukan dan setiap beberapa dekade menghasilkan badai meteor, di mana lebih dari 1.000 meteor dapat dilihat dalam satu jam.

Terakhir kali, fenomena langit sekuat itu terjadi pada tahun 2002. Komet induknya disebut Comet-Temple / Tuttle dan mengorbit Matahari setiap 33 tahun.

8. Geminid (4 hingga 20 Desember, puncaknya 13 hingga 14 Desember)

Geminid, bersama dengan meteor Quadrantids yang mencapai puncaknya pada bulan Januari, diperkirakan berasal bukan dari komet, tetapi dari batuan luar angkasa mirip asteroid.

Geminid diperkirakan diproduksi oleh sebuah benda yang disebut 3200 Phaethon. Jika berhasil melihatnya, hujan meteor ini dapat menerangi langit malam dengan kecepatan antara 120 dan 160 meteor per jam.

9. Ursid (17 Desember hingga 26 Desember, puncaknya 21 hingga 22 Desember)

Meteor Ursid cenderung menerangi langit malam di sekitar titik balik Matahari musim dingin di belahan bBmi utara. Mereka hanya menembakkan sekitar 10 hingga 20 meteor per jam. Mereka tampak memancar dari Ursa Minor, dan berasal dari Komet 8P / Tuttle.