Mengintip Kontribusi AI dan ML dalam Keamanan Siber UKM di Indonesia
Ilustrasi kecerdasan buatan (foto: Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Tidak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi telah membuka peluang dan juga tantangan baru bagi berbagai industri di seluruh dunia. Apalagi, perkembangan Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) yang berperan dalam revolusi bisnis.

Namun, pesatnya perkembangan teknologi AI dan ML ini juga membuat para penjahat siber akan terus mencari cara baru untuk mengeksploitasi teknologi tersebut untuk tujuan jahat. 

Aktivitas kejahatan siber tersebut tentunya dapat mengakibatkan beberapa dampak dan kekhawatiran yang meliputi kerugian finansial, gangguan terhadap bisnis, pencurian kekayaan intelektual, hingga pelanggaran privasi.

Saat ini, keberadaan UKM sangat bernilai bagi masyarakat lokal dan juga perekonomian Indonesia, namun mereka jugalah yang paling rentan terhadap gangguan dan kejahatan siber. 

Tidak seperti perusahaan besar, UKM pada umumnya tidak memiliki SDM, keahlian, dan juga sumber daya lain yang memadai untuk melindungi mereka dari ancaman siber. Akibatnya, mereka menjadi target empuk bagi para penjahat siber yang terus berevolusi. 

Menurut Steven Scheurmann, Wakil Presiden untuk ASEAN di Palo Alto Networks, teknologi AI dan ML berperan dalam merevolusi cara profesional keamanan siber mendeteksi, mencegah, dan memitigasi ancaman siber. 

“AI dan ML memainkan peran penting dalam meningkatkan keamanan siber untuk UKM dengan menyediakan deteksi ancaman tingkat lanjut, manajemen kerentanan proaktif, dan kemampuan respons insiden otomatis,” jelasnya dalam keterangan yang diterima pada Rabu, 25 Oktober.

Dengan menganalisis kumpulan data yang besar dari informasi serangan historis dan memanfaatkan umpan intelijen ancaman waktu nyata, sistem AI dapat mendeteksi dan menilai potensi serangan dengan akurasi dan kecepatan yang lebih tinggi. 

"Bahkan bisnis yang berukuran kecil dan memiliki sumber daya terbatas pun dapat membangun postur keamanan yang tangguh, sehingga sulit ditembus oleh penyerang, asalkan ada budaya keamanan siber yang kuat di dalam perusahaan,” paparnya.

Menurutnya, visibilitas holistik, pendekatan “zero-trust”, dan integrasi AI akan membantu memastikan bahwa UKM dapat meningkatkan keamanan cloud mereka untuk melindungi dari ancaman saat ini dan masa depan, di mana pun mereka memilih untuk bekerja.