Energi Gelap, Bagian dari Alam Semesta yang Masih Belum Terpecahkan
Energi Gelap, Bagian dari Alam Semesta yang Masih Belum Terpecahkan

Bagikan:

 

JAKARTA – Wujud dari energi gelap masih menjadi misteri, tetapi mayoritas astronom di seluruh dunia percaya dengan hipotesis tersebut. Rasanya, tak masuk akal jika 70 persen alam semesta diisi kekosongan.

Hipotesis energi gelap muncul karena teori big bang atau ledakan besar yang terjadi sekitar 13,8 miliar tahun lalu. Saat itu, pergerakan gravitasi sangat lambat, tetapi meningkat pesat sekitar 9 miliar tahun setelah alam semesta terbentuk.

Pembentukan yang semakin cepat ini dipercaya terjadi karena dorongan energi gelap. Banyak yang yakin akan kehadiran energi ini meskipun belum ada teleskop, radar, ataupun sensor yang bisa mendeteksi bentuk atau komponen dari energi gelap.

Meski tak terlihat, beberapa ilmuwan menggambarkan energi gelap sebagai tekanan negatif yang mendorong ruang keluar. Banyak gagasan yang menyertai energi ini seperti energi vakum, intisari, hingga kecacatan struktur alam semesta.

Gagasan pertama, yang menyebut energi gelap sebagai energi vakum, didukung oleh teori relativitas umum Einstein. Para ilmuwan yang percaya bahwa energi gelap adalah latar mendasar di ruang angkasa menyebutnya setara dengan konstanta kosmologis.

Teori ini menjadi topik diskusi paling populer dibandingkan gagasan energi gelap lainnya. Muncul teori yang menjelaskan bahwa partikel virtual saling meniadakan satu sama lain di alam semesta. Tindakan ini didasari oleh energi vakum yang mengisi kosmos.

Berikutnya, beberapa ilmuwan menyebut energi gelap sebagai intisari. Teori ini menjelaskan bahwa energi gelap adalah jenis cairan atau medan energi yang mengisi ruang angkasa, tetapi energinya berlawanan dengan materi yang normal.

Beberapa ilmuwan pun berpendapat bahwa intisari merupakan kombinasi dari energi gelap dan materi gelap, materi yang tidak dapat dideteksi oleh radiasi. Sama halnya seperti energi gelap, materi gelap masih sekadar hipotesis dan belum bisa dibuktikan.

Teori terakhir yang mendukung kehadiran energi gelap adalah kerutan luar angkasa. Beberapa pihak berpendapat bahwa energi gelap merupakan kecacatan dari struktur alam semesta atau mirip seperti string kosmik sehingga bentuknya serupa dengan kerutan.

Berbagai badan antariksa di seluruh dunia masih berusaha memecahkan misteri energi gelap, salah satunya Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Lembaga negara ini yakin bahwa mereka bisa memecahkan hipotesis tersebut.

Untuk mendukung pemahaman energi gelap, NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA) berkolaborasi untuk meluncurkan teleskop luar angkasa Euclid pada tahun 2023. NASA juga akan meluncurkan Teleskop Luar Angkasa Nancy Grace Roman pada tahun 2027.

Fokus dari dua teleskop ini sama, yaitu pencarian energi gelap. Euclid akan mengamati materi yang dipisahkan dari energi gelap, sementara Grace Roman akan menyelidiki energi gelap dengan bidang pandang yang 100 kali lebih besar dari teleskop lainnya.

Ket. foto: Ilustrasi pencarian energi gelap dengan Euclid (foto: dok. NASA)