JAKARTA - Aset kripto yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto, Bitcoin (BTC), terus mencatatkan lonjakan harga yang mengesankan. Bahkan berhasil mencapai nilai tertinggi sepanjang masa (ATH) baru, yakni 109.114 dolar AS (sekitar Rp1.768.857.000), pada Senin 20 Januari 2025.
Pada saat penulisan, Bitcoin diperdagangkan pada harga 108.062 dolar AS (sekitar Rp1.749.614.000), mengalami kenaikan 2,74% dalam 24 jam terakhir, menurut data dari CoinMarketCap.
Meroketnnya harga BTC turut dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal, termasuk potensi regulasi yang ramah kripto seperti dijanjikan oleh Presiden terpilih AS, Donald Trump. Trump, yang dijadwalkan kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari 2025 untuk masa jabatan kedua, telah berjanji untuk memperkenalkan kerangka regulasi baru untuk blockchain dan aset kripto.
BACA JUGA:
Namun, kebijakan Trump bukan tanpa kontroversi. Menjelang pelantikan, tim Trump meluncurkan koin meme seperti OFFICIAL TRUMP (TRUMP) dan Melania Meme (MELANIA). Kedua koin tersebut mendapat sorotan karena dianggap sebagai skema pump-and-dump oleh sejumlah pelaku pasar, meski harganya meroket, dengan TRUMP melonjak 30,88% dan MELANIA naik 60,42% pada 20 Januari.
Selain itu, sektor keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang didukung oleh Bitcoin juga mengalami perkembangan pesat. Pada 2024, sektor ini mencatatkan lonjakan 2.000% dan kini memiliki Total Value Locked (TVL) mencapai 6,5 miliar dolar AS (sekitar Rp105,3 triliun), dengan protokol staking Bitcoin Babylon menyumbang 80% dari total TVL.
Naiknya harga Bitcoin turut membuat altcoin pulih. Kembali segarnya Bitcoin cs tidak hanya memberikan keuntungan kepada trader dan investor tapi ada juga yang terlikuidasi dengan posisi short dalam perdagangan futures.
Menurut laporan CoinSpeaker, pada Senin 20 Januari tercatat lebih dari 1,24 miliar dolar AS (sekitar Rp20 triliun) aset digital terlikuidasi, termasuk 330,22 juta dolar AS (sekitar Rp5,3 triliun) dalam posisi short.