MEDAN - Lahir tepat di milenium baru, 1 Januari 2000, Christopher Farrel Millenio Kusumo menjadi pendiri sekaligus CEO startup kecerdasan buatan (AI) yang berfokus pada kompresi data internet Kecilin sejak 2018.
Kisah tersebut berawal jauh sebelum itu, saat pria kelahiran Yogyakarta yang akrab disapa Farrel itu duduk di bangku sekolah menengah pertama, tepatnya pada 2014-2015.
BACA JUGA:
Dari SMP jadi Profesional Gamers
"Waktu SMP itu saya profesional gamers, gamer yang berpenghasilan. Dari situ tertarik gimana sih caranya membuat game. Lalu, ketika mulai, saat itu 2015-2016 membuat game sendiri tertarik dengan AI," ujar Farrel kepada ANTARA lewat sambungan telepon, Selasa.
Saat bermain game, Farrel mengaku sering menemui "musuh" bot (program komputer). Berangkat dari rasa penasarannya pada pembuatan AI dalam program komputer yang adaptif terhadap ritme pemain game, Farrel menjadi tertarik lebih jauh dengan AI, tepatnya Machine Learning.
Sejak saat itu Farrel mulai tertarik dan melakukan banyak riset tentang Machine Learning, sampai suatu ketika liburan semester tahun 2017 dia menemukan ide untuk membuat temuan teknologi.
"Waktu itu pengen download game yang ukurannya 30GB, sedangkan kuota yang aku punya cuma 5-6GB, aku ari cara ada enggak sih format yang sudah kekompres. Ternyata ada, tapi maslahnya adalah ukurannya sama, jadi enggak ada perubahan yang signifikan dari segi ukuran," kata Farrel.
Farrel, yang saat itu duduk merupakan siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta, kemudian melakukan riset mendalam soal impelementasi Machine Learning dan AI untuk kompresi data.
Dari situ, Farrel tertarik mengikuti ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR). Kemudian, dia menemukan algoritma dengan core yang baru yang digabungkan dengan sudut pandang ilmu lainnya, dan akhirnya mengikuti berbagai macam lomba.
Bekerja di Google
Namun, perjalanan untuk membuat karyanya lebih dikenal banyak orang ternyata tidak semudah yang diperkirakan. Temuan Farrel sempat 11 kali ditolak dalam lomba-lomba karya ilmiah, hingga akhirnya raksasa teknologi Google menemukan inovasi teknologi milik Farrel tersebut.
"Karena susah dalam menerangkan apa sih ini dan apa sih impact-nya, dan akhirnya muncul juga ide untuk open source, aku taruh di GitHub, akhirnya ada undangan dari Google," ujar dia.
Farrel akhirnya bertolak ke markas Google di Mountain View, California, Amerika Serikat, pada 14 Februari 2017. Dalam sebuah summit, Farrel diminta untuk mempresentasikan algoritma core temuannya.
"Ketika present, ternyata banyak yang tertarik tentang core-nya sendiri, dari situ sendiri sebenarnya tendensi ku adalah membuat algoritma yang bisa kompres game doang saat itu, dan ternyata bisa dituntasi ke hal-hal lainnya," kata dia.
Akhirnya, Farrel diminta Google untuk bergabung dalam sebuah proyek untuk bekerja selama enam hingga tujuh bulan. Karena masih berada di bangku sekolah menangah atas, Farrel bekerja secara jarak jauh.
"Pagi sampai siang sekolah, terus malamnya video call. Jadi, kerja jam 10 malam sampai jam 4 pagi, kemudian paginya lanjut lagi sekolah," kenang Farrel.
Saat bergabung dalam proyek Google, Farrel mengembangkan algoritma khusus kompresi pada Google Photos.
Bekerja bersama Google, menurut Farrel, raksasa mesin pencari itu lebih berorientasi pada proses. Google memperhatikan proses programming setiap orang yang bekerja sama dengan dia, karena setiap programmer memiliki style yang berbeda, dan fokus bagaimana program tersebut dapat dimengerti orang lain, kata Farrel.
Pada saat itu juga Farrel bertemu dengan angle investor yang mendorong dirinya untuk mengembangkan algoritmanya sendiri.
"Akhirnya saya membuat yang sangat-sangat berbeda dari yang Google punya. Akhirnya bikin Kecilin," ujar dia.
Selain Gamers asal Yogyakarta, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Sumut, Berita Sumatera Utara Terkini!