Kecilin, Startup untuk Kompres Data Internet agar Lebih Hemat
Founder dan CEO Kecilin Christopher Farrel menunjukkan aplikasi penghemat kuota data KecilinApp saat peluncuran di Jakarta, Kamis (12/3/2020). (ANTARA/Arindra Meodia)

Bagikan:

MEDAN - Berawal dari keinginannya untuk mengkompresi data saat harus mengunduh aplikasi game, Farrel kemudian juga berkeinginan untuk menghadirkan akses internet lebih cepat dan lebih murah dengan membuat aplikasi penghemat kuota data yang dinamai Kecilin.

Berbekal dari dukungan angle investor dan hibah hadiah pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2018, Farrel mengembangkan Application Programming Interface (API) Kecilin. Dengan dorongan sejumlah investor baru, Farrel kemudian mulai mendirikan perusahaan rintisan Kecilin.

Sebagai CEO Kecilin, Farrel mengaku usia adalah isu paling utama saat itu. Tantangan terbesar adalah meyakinkan orang-orang, mulai dari investor, karyawan, partner, hingga klien.

"Awal-awal susah meyakinkan orang untuk bekerja bersama saya. Bagaimana meyakinkan kalau perusahaan ini benar-benar ada, enggak main-main, karena usia 18 tahun masih remaja, dianggap masih tidak stabil secara emosional," ujar Farrel.

Tantangan dalam Membangun Sebuah Startup

Dalam mengembangkan Kecilin, Farrel mengatakan, untuk mendapatkan talenta digital demi membangun startup-juga sebuah tantangan. Berbasis di Yogyakarta, Kecilin banyak bekerja sama dengan talenta digital asal Kota Gudeg itu. Sebagian talenta digital juga berasal dari Malang. Namun, Farrel mengungkapkan teknologi kompresi yang diusung Kecilin menjadi persoalan lain.

"Yang agak susah, karena kita bicara tentang data compression, baru-baru banget itu, jadi enggak ada universitas yang mengajarkan itu. Jadi harus educate employee dulu, bagaimana sih data compression itu, itu yang agak menantang di awalnya," kata Farrel.

"Selanjutnya juga how to educate people, market, 'Oh, data compression seperti ini lho,' itu susahnya," dia melanjutkan.

Algoritma dari aplikasi Kecilin sebelumnya telah digunakan dalam produk B2B berupa API yang dapat digunakan oleh perusahaan yang mengalami permasalahan storage data yang membengkak, transfer data yang mahal dan juga lama. Kemudian, Farrel berpikir untuk memperluas ke B2C dengan menghadirkan aplikasi Kecilin.

"Tonggak yang saat ini dikerjakan adalah lebih ke paten. Karena paten di Indonesia untuk algoritma belum bisa worldwide exposure-nya, aku mendaftarkan WIPO di Prancis, sedang dalam proses," ujar Farrel.

"Sambil nunggu patennya granted, kita bikin B2C itu, kemarin launching aplikasi Kecilin bulan Maret," lanjut Farrel.

Saat ini, Kecilin telah memiliki 35 karyawan dengan 115 pengembang yang bergabung. Sementara, aplikasi Kecilin telah memiliki sekitar 15.000 pengguna harian. Aplikasi tersebut juga telah mengantongi 100.000 unduhan di Google Play Store.

Setiap harinya, Kecilin mengkompres kurang lebih 115TB data. "Kalau dirupiahkan anggap saja 1GB Rp5.000, kita sudah hemat Rp500 juta per bulan untuk orang-orang akses internet," ujar Farrel.

Fokus pada Kecilin, pria yang hobi membaca buku itu lebih memilih mengembangkan perusahaan rintisannya tersebut dibandingkan meneruskan edukasinya.

Farrel ternyata telah mendapatkan LoA atau Letter of Acceptance dari Stanford University untuk menjadi mahasiswa di universitas ternama dunia tersebut.

"Kalau di Stanford tidak ada batasan waktu untuk masuk kelasnya, sementara bisnis itu momentum based, takutnya ketika momentumnya enggak ada lagi sayang, kalau edukasi yang aku dapatkan bisa dipakai kapan saja momentumnya, saat ini prioritasnya lebih ke bisnis dulu," kata Farrel.

Inovasi di tengah pandemi

Resmi merilis aplikasi Kecilin pada awal Maret, Farrel mengatakan tengah mengembangkan produk dengan membuat aplikasi Kecilin bekerja layaknya Virtual Private Network (VPN), sehingga ketika pengguna mengeklik on, semua penggunaan aplikasi dapat dihemat, meskipun dibuka langsung pada aplikasi aslinya.

Farrel juga mengungkapkan tengah menggarap Kecilin Drive, mirip Google Drive, namun dapat menyimpan memori tanpa batas.

"Unlimited storage di cloud, karena sudah dikecilin, satu-satunya cloud storage provider yang bisa kasih unlimited storage dengan harga paling murah Rp5.000 per bulannya," ujar Farrel.

Inovasi-inovasi tersebut justru hadir di tengah pandemi. Untuk mensiasati permintaan B2B yang melambat, Farrel mengalihkan kerja karyawan untuk fokus pada produk B2C, yang menurut dia tidak terpengaruh negatif saat pandemi.

"Justru positif effect karena Kecilin App growth-nya tinggi," kata dia.

Pandemi COVID-19 bahkan memicu inovasi baru bagi Kecilin. Farrel mengatakan tengah mengembangkan Kecilin Meet, aplikasi konferensi video mirip Zoom, yang lebih hemat data hingga 60 persen.

Inovasi tersebut berangkat dari tuntutan untuk melakukan panggilan video saat pandemi karena harus bekerja secara jarak jauh.

Farrel mengatakan telah mulai mengembangkan, bahkan menggunakan aplikasi tersebut untuk komunikasi internal, sejak akhir Maret, ketika virus corona diumumkan sebagai pandemi.

"Akhirnya kita mencoba untuk membuat internal, ternyata no issue at all, jadi enggak ada latensi, lebih hemat 60 persen, terus enggak ada hubungan dengan diskualitas," ujar Farrel.

Aplikasi Kecilin Meet rencananya akan ditawarkan untuk B2C, sehingga dapat digunakan secara publik. Hanya saja, modal menjadi isu dalam pengembangan produk tersebut.

"Kecilin Meet akan dapat menampung hingga 100 orang per room, sehingga dibutuhkan server yang besar, untuk itu butuh capital yang besar," kata Farrel.

Selain modal, dalam pengembangan inovasi produk, Farrel tidak memungkiri sumber daya manusia menjadi tantangan tersendiri. Terlebih, startup-nya berfokus pada data kompresi. Farrel menyambut baik langkah pemerintah untuk mengembangkan talenta digital dengan berbagai program.

"Kalau kita cuma bergantung dengan edukasi universitas kurang bisa pas di market, kita sebagai perusahaan, susah mengedukasi hal yang baru, jadi dengan adanya program-program tersebut sangat baik sebagai company," kata Farrel.

Farrel optimis industri kreatif digital Tanah Air terus berkembang. Apalagi sejumlah startup telah "naik kelas" mejadi unicorn, bahkan decacorn, dan mulai diperhitungkan di Asia.

Untuk itu, dia berharap masyarakat Indonesia dapat mendorong dan lebih mendukung startup karya anak bangsa.

"Harapannya sebenarnya adalah masyarakat Indonesia aware dengan startup Indonesia, dalam artian menggunakan aplikasi-aplikasi Indonesia," ujar Farrel.

Selain Kompres Data Internet, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Sumut, Berita Sumatera Utara Terkini!

Terkait