Mengapa Badai Sitokin yang Dialami Deddy Corbuzier setelah Dinyatakan Negatif COVID-19 Cukup Berbahaya?
Ilustrasi manekin paru-paru manusia (Unsplash/Robina Weermeijer)

Bagikan:

MEDAN - Hampir dua minggu setelah mengabarkan istirahat dari media sosial, Deddy Corbuzier menginformasikan tentang kesehatannya.

Lewat akun Instagram @mastercorbuzier yang telah terverifikasi, ia kabarkan positif COVID-19 dan tanpa gejala apapun mengalami kerusakan paru-paru.

Setelah seminggu, dilansir VOI kemarin, Minggu, 22 Agustus, badai sitokin menerpa Deddy Corbuzier bahkan setelah dinyatakan negatif COVID-19. Apa sebenarnya badai sitokin yang dialaminya tersebut?

Badai sitokin merupakan reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh

Cytokine storm atau badai sitokin merupakan reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh. Saat tubuh terpapar virus SARS-CoV-2, sel darah putih berperan memerangi infektan asing. Hal tersebut merupakan respons sistem kekebalan tubuh di mana sel-sel darah putih memproduksi sitokin.

Sitokin merupakan protein yang dihasilkan dari proses sistem kekebalan tubuh. Fungsinya untuk memberikan penanda sinyal sel.

Mengutip Kompas, Senin, 23 Agustus, protein yang dihasilkan sitokin bergerak menuju jaringan yang terinfeksi. Berkaitan dengan itu reseptor sel memicu reaksi peradangan. Normalnya, sitokin hanya bekerja sebentar dan berhenti ketika kekebalan tubuh merespons di daerah indeksi.

Mahirsyah Wellyan, Penanggungjawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr Karyadi, Semarang, menjelaskan bahwa pada kasus COVID-19, sitokin bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindungi dari serangan SARS-CoV-2.

Oleh karena itu paru-paru bisa mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus. Sayangnya, peradangan paru-paru bisa terus terjadi meski infeksi sudah selesai. Ini seperti yang dialami Deddy Corbuzier, bahwa setelah dinyatakan negatif COVID-19 pun badai sitokin menumbangkan pertahanan tubuh.

Penyebab badai sitokin, dijelaskan dalam jurnal Pusat Informasi Bioteknologi Nasional AS (NCBI), ada beberapa fitur patologis seperti gangguan pernapasan akut (ARDS), koagulasi, dan disfungsi organ.

Tingkat keparahan penyakit hingga kematian juga bisa dipengaruhi dari badai sitokin. Bahkan badai sitokin bisa menyebabkan kegagalan multiorgan di seluruh tubuh.

Gejala medis yang muncul ketika mengalami badai sitokin antara lain demam, sindrom kebocoran kapiler, koagulasi intravascular deseminata, sindrom gangguan pernapasan akut, dan kegagalan multiorgan.

Pada kasus tertentu, seperti yang dialami Deddy Corbuzier, awalnya tidak mengalami gejala apapun. Oleh sebab itu, penelusuran klinis penting dilakukan untuk memahami sinyal badai sitokin sehingga strategi pengobatan segera dilakukan secara efektif.

Menurut penjelasan Mahirsyah, badai sitokin tergantung pada daya tahan tubuh dalam melawan virus masuk. Apabila sistem kekebalan tubuh kuat, maka virus yang masuk bisa dikalahkan. Pengobatan badai sitokin dilakukan dibawah uji klinis dan tindakan medis.

Artikel ini pernah tayang di VOI.ID dengan judul: Mengenal Badai Sitokin yang Menerpa Deddy Corbuzier setelah Dinyatakan Negatif COVID-19

Selain Badai Sitokin, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!