Kontroversi Pembangunan TMII di Masa Orde Baru: Ditolak oleh Mahasiswa
Sri Hartinah alias Tien Soeharto (Sumber: Soeharto.co)

Bagikan:

MEDAN - Sejak kehendak proyek pembangunan TMII tercetus, gelombang penolakan menggulung. Soeharto menyiasati protes dengan bergeming.

Tapi semua tahu apa yang ada di pikiran Soeharto. Di sebuah acara publik tahun 1972 jadi momen pertama Soeharto menanggapi kontroversi soal gagasan sang istri.

Soeharto tak serta merta menyerang kelompok penolak, yang sebagian besar mahasiswa. Soeharto menyebut perbedaan pendapat sebagai bumbu demokrasi.

Namun, sejurus kemudian ia juga meminta perbedaan pendapat itu dilakukan dalam batas keserasian tanpa kekacauan. Banyak pihak menilai pernyataan Soeharto diselubungi kemarahan dan intimidasi.

Pembangunan TMII Dipaparkan oleh Bu Tien

Gagasan pembangunan TMII sempat masuk ke parlemen yang dikuasai Golkar dan Fraksi ABRI, dengan 336 dan 460 kursi. Tapi sebelum itu pembicaraan soal TMII sempat dipaparkan Bu Tien di kediamannya di Jalan Cendana, Jakarta Pusat.

Dikutip Tirto, pemaparan dilakukan dalam pertemuan dengan pengurus Yayasan Harapan Kita. Situs resmi TMII menyebut rapat itu dilakukan 13 Maret 1970. Namun, referensi lain menyebut gagasan soal pembangunan TMII tercetus pertama kali dalam kunjungan Bu Tien ke Disneyland.

Desember 1970, Bu Tien berbicara di hadapan istri-istri gubernur se-Indonesia. Agenda itu menyusul pertemuan lain yang dilakukan Soeharto bersama para gubernur di tempat yang sama.

Bu Tien meminta dukungan dan mendorong para istri gubernur membujuk suami-suami mereka untuk berpartisipasi dalam proyek TMII. Hal ini penting karena pekerjaan selanjutnya adalah mencari sumber dana.

Pemerintah tak dapat serta merta mengucurkan uang untuk pembangunan TMII. Saat itu pemerintah tengah memusatkan perhatian pada pembangunan ekonomi.

Karenanya, pembiayaan TMII akhirnya dilakukan dengan 'urunan' dari daerah. Amir Machmud, orang kepercayaan Soeharto yang kala itu menjabat Menteri Dalam Negeri mengatakan kepada Bu Tien bahwa "semua aparat daerah yang saya pimpin akan saya kerahkan.

Memang, selain desakan Amir, para kepala daerah saat itu memiliki kepentingan untuk mempromosikan kekayaan daerah mereka. TMII bagai jalan yang tepat.

Kritik terhadap ambisi Bu Tien makin kencang setelah pertemuan dengan para istri gubernur. Selain mahasiswa, para cendekiawan, teknokrat, hingga pengusaha turut protes.

Apa yang dilakukan Bu Tien dianggap bertolak belakang dengan seruan Soeharto yang kala itu mewanti-wanti agar para kepala daerah dan segenap masyarakat berhemat. "Jangan melakukan pemborosan-pemborosan karena sebagian besar rakyat masih hidup miskin," kata Soeharto dalam pertemuan bersama gubernur, merujuk Menyilang Jalan Kekuasaan Militer Otoriter (2004) oleh Rum Aly dan hatta Albanik.

Selain merogoh uang pusat dan urunan daerah, proyek TMII juga melibatkan banyak pihak lain. Konon, dana yang dibutuhkan saat itu berkisar di angka 100 hingga 300 juta dolar AS, dengan kurs sebesar Rp200 saat itu. Kabar ini sempat dibantah Bu Tien yang menyebut biaya pembangunan adalah Rp10 miliar.

Artikel ini pernah tayang di VOI.ID dengan judul: Sejarah Taman Mini Indonesia Indah: Tekad Soeharto Mewujudkan Keinginan Bu Tien Punya Disneyland

Selain Kontroversi Pembangunan TMII, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!