MEDAN - Panas dan meradang Komisi Eropa pada Selasa, 15 Februari, menetapkan rencana satelit komunikasi senilai 6 miliar euro (Rp97 triliun).
Langkah tersebut sebagai bagian dari dorongan untuk memotong ketergantungan Uni Eropa pada perusahaan asing dan melindungi layanan komunikasi utama dan data pengawasan terhadap gangguan luar.
BACA JUGA:
Penetapan dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran atas kemajuan militer Rusia dan China di luar angkasa dan lonjakan peluncuran satelit.
Diketahui, operator komersial seperti SpaceX milik Elon Musk dan jaringan Starlink-nya yang bertujuan untuk meluncurkan puluhan ribu satelit untuk memasok wifi berbasis ruang angkasa global.
Elon Musk juga telah berkontribusi pada populasi satelit yang tumbuh cepat dan menghasilkan puing-puing, yang disebut sampah luar angkasa.
Bertujuan Memberikan Internet Kecepatan Tinggi
"Infrastruktur konektivitas baru kami akan memberikan akses internet berkecepatan tinggi, berfungsi sebagai cadangan untuk infrastruktur internet kami saat ini, meningkatkan ketahanan dan keamanan dunia maya kami, dan menyediakan konektivitas ke seluruh Eropa dan Afrika," kata kepala industri UE Thierry Breton dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Reuters.
Proposal UE bertujuan untuk membangun dan mengoperasikan sistem konektivitas canggih berbasis ruang angkasa, yang membantu melawan ancaman siber dan elektromagnetik, serta meningkatkan ketahanan infrastruktur telekomunikasi UE.
Biaya 6 miliar euro akan didanai oleh kontribusi 2,4 miliar euro dari UE dari 2022 hingga 2027, anggaran UE, negara-negara UE, Badan Antariksa Eropa, dan investasi swasta. Uni Eropa bertujuan untuk meluncurkan program ini tahun depan.
Artikel ini pernah tayang di VOI.ID dengan judul: Tak Mau Kalah dari China dan Rusia, Uni Eropa Ingin Luncurkan Satelit untuk Jamin Keamanan Siber di Eropa
Selain Satelit Keamanan Siber, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Sumut, Berita Sumatera Utara Terkini!