Rumah Adat Bolon Sumatera Utara, Makna Tersirat yang Perlu Diketahui
Rumah Adat Bolon (architecture.verdant.id)

Bagikan:

 

Rumah Bolon atau yang acap kali disebut Rumah Gargo ialah rumah adat dari suku Batak yang ada di Indonesia. Rumah ini berasal dari wilayah Sumatera Utara dan menjadi simbol dari identitas masyarakat Batak yang tinggal disana.

Rumah ini mempunyai beberapa jenis yakni Rumah Bolon Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Pakpak, dan Angkola. Tiap rumah memiliki ciri khas masing-masing. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, jumlah rumah ini tak terlalu banyak, sehingga sebagian jenis rumah Bolon pun susah ditemukan. Konon, dulunya rumah ini ditempati oleh 13 raja dari Sumatera Utara.

Penghuni Rumah Adat Bolon Sumatera Utara

Rumah ini mempunyai wujud berupa bangunan empat persegi panjang yang ditempati oleh 5 hingga 6 keluarga dan dihiasi ukiran khas Batak seperti ornamen yang mengandung unsur mistis penolak bala yang disebut Gorga. Umumnya ukiran ini ditempatkan di dinding rumah bagian luar, lebih tepatnya di atas pintu berupa lukisan berwarna merah, hitam, dan putih.

Lukisan seperti itu umumnya berupa binatang seperti cicak, ular maupun juga kerbau. Gorga yang dilukis dengan binatang cicak, mempunyai arti bahwa orang Batak sanggup bertahan hidup dimana saja mereka berada, sedangkan yang merantau ke tempat yang benar-benar jauh. Keindahan ini dikarenakan orang Batak memiliki rasa persaudaraan yang amat kuat dan tak terputus antara sesama sukunya walaupun berada di daerah atau di tempat lain.

Sementara itu, untuk Gorga yang dilukis dengan gambar kerbau, mempunyai makna sebagai ucapan terima kasih untuk bantuan kerbau yang sudah menolong kaum manusia dalam profesi ladang pertanian. Rumah ini memiliki Hiasan yang bisa dipandang dengan terang. Hiasan yang ada pada rumah adat Batak ini juga ialah ciri khas tersendiri.

Hiasan lain berlokasi pada pelindung rumah yang mempunyai dua ujung berbentuk lancip di komponen depan dan juga di komponen belakang atap rumah. Akan namun, pada komponen belakang dari atap rumah pelindung ini lebih panjang. Keindahan ini dikarenakan orang Batak mempercayai bahwa hal hal yang demikian bermanfaat agar keturunan dari pemilik rumah ituy nantinya akan lebih berhasil dari sekarang.

Sedangkan rumah ini layaknya rumah panggung yang disangga oleh tiang-tiang penopang dengan tinggi sekitar 1,75 meter. Tingginya tiang-tiang penyangga rumah ini menyebabkan penghuni rumah atau tetamu yang hendak masuk ke dalam rumah semestinya menerapkan tangga dengan jumlahnya yang senantiasa ganjil. Tangga rumah ini berlokasi di tengah-tengah badan rumah, sehingga apabila ada tetamu yang berkeinginan masuk seharusnya menunduk untuk berjalan ke tangga.

Hiasan  ini mempunyai filosofi, seseorang semestinya menghormati tuan rumah dengan sistem menunduk ketika memasukinya. Bagian dalam rumah ini yakni sebuah ruang kosong besar dan terbuka tanpa kamar.  tiang-tiang dasar dipakai untuk menyangga tiap-tiap sudut rumah, termasuk juga lantai dari rumah ini. Rumah ini mempunyai atap yang melengkung pada komponen depan dan belakang, dan atap berbentuk seperti pelana kuda. Rumah ini mempunyai kolong yang diaplikasikan sebagai daerah memelihara binatang seperti kerbau, ayam, dan sebagainya.

Ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!